Loading Now

FOMO?? KOK BISA

FOMO?? KOK BISA

Setelah kita mengisi hari kita dengan bekerja, menugas, atau olahraga. Pasti akan ada momen tersendiri untuk kita mengscroll platform media sosial kita. Pada halaman utama platform kita biasa akan muncul update dari orang-orang yg kita ikuti. Ada mereka yg sedang liburan, mencoba makanan di restoran berbintang, memasak suatu hidangan, membagikan buku yg sedang dibaca belakangan, & masih banyak lagi.

Semakin kita menelusuri semua unggahan tersebut ,mulai timbul perasaan takut. Apakah kita ketinggalan sesuatu terbaru? Kok kayaknya sudah banyak orang yg mencoba, apa saya saja yg belum mencobanya?. Kegelisahan mulai menghantui , emosi yg sulit dijelaskan mulai menghampiri, perasaan seperti dikucilkan ,mengganggap diri sendiri kurang update (dikenal dengan istilah kudet).

Fenomena ini sering diketahui dengan istilah FoMO atau kepanjangan dalam bahasa inggris yaitu Fear of Missing Out. Dikutip dalam jurnal dari Universitas Semarang terkait definisi FoMO , menurut Przybylski (2013 : 1481) fear of missing out(FoMO) adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa gelisah setelah melihat atau mengecek media sosial & menyaksikan aktivitas yg menyenangkan yg dilakukan oleh teman atau orang lain di luar sana, serta keharapan yg akbar untuk tetap terhubung dengan apa yg dilakukan orang lain di internet. Perasaan tak nyaman yg dibawa dari sikap FoMO ini ,menciptakan diri kita menyendiri menghabiskan waktu yg lama di platform media sosial untuk mencari perasaan bergabung. FoMO ini akan menjebak diri kita untuk fokus pada apa yg terjadi di luar sana & menelantarkan hal-hal yg terjadi di depan mata.

Dilansir dari Channel YouTube GreatMind yg memaparkan tentang FOMO . FoMO memiliki dua cara pandang yaitu romantik & klasik. Bagi orang romantik perasaan tertinggal itu sangatlah menyakitkan. Mereka memiliki kepercayaan bahwa di luar sana ada orang yg hidup dengan kemewahan, berkelas , & menawan . Orang yg berpandangan secara romantik ini akan cenderung menghindari orang yg hidupnya sederhana atau melabelkan orang tersebut orang tak bermambisi atau membosankan. Mereka akan merasa berbahagia bila ikut merasakan berjalan di sepatu tersebut .Orang tipe ini lebih rentan terkena FoMO. Sedangkan bagi mereka yg berpandangan secara klasik, menggangap kualitas baik dapat saja timbul dari kesederhanaan tanpa adanya validasi. Bagi orang klasik , tidak semua kemewahan yg tampak di luar sana membawa kebahagiaan seperti yg mereka perlihatkan di media. Banyak dari mereka yg menyimpan rasa kesepian, monoton, putus asa.

Orang klasik juga dapat terkenal FoMO , namun berbeda jenisnya . Tipe FoMO yg orang klasik alami cenderung ke hal positif seperti FoMO untuk mendaur ulang sesuatu jadi barang yg lebih berguna, FoMO untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang tersayang, & mengenal diri lebih dalam. Mereka takut melewatkan kesempatan untuk menelusuri lebih dalam tentang hal-hal nyata yg terjadi disekelilingnya.

Di era digital yg berkembang seperti sekarang, sumber berita maupun informasi yaitu Smartphone. Dalam satu sumber ini saja kita dapat mengetahui begitu banyak hal , bahkan hal yg tidak seperlunya kita untuk tahu. Menurut para pakar FoMO ini terjadi pada orang yg merasa terisolasi , sendirian, kurang percaya diri atau Insecure. Mereka akan cuma larut pada setiap unggahan terbaru dari teman,keluarga, seniman yg mereka ikuti. Orang yg FoMO tidak akan merasa puas kepada dirinya sendiri.

Cara Mengatasinya?

1. Kurangi kontak di media sosial secara signifikan

Kita dapat membatasi durasi penggunaan aplikasi media sosial , misalkan pekan ini kalian membatasi cuma boleh 12 jam . Minggu berikutnya kurangi lagi durasi pemakaiannya. Begitu kalian merasakan manfaat, silahkan lanjutkan & jadikan ini jadi kebiasaan yg baik.

2. Ubah titik fokus kehidupan anda

Kita harus lebih realistis pada apa yg ada di sekitar kita , & jalani apa yg sekarang dapat anda kerjakan. Artinya, kita harus mencoba lebih sadar atau Aware atas kondisi sekarang.

3. Self-Compassion

Tumbuhkan koneksi lebih dalam dengan diri kita. Ketika kita lebih fokus pada potensi diri kita secara tidak langsung kita akan lebih bersyukur & terhindar dari FoMO.

4. Interaksi Sosial

Menaikan intesitas aktifikas di luar media sosial dengan mengerjakan pertemuan bersama orang terdekat kita, menciptakan projek pengembangan diri, atau yg paling mudah Hobi.

Dengan begitu kita akan terhindar dari FoMO dalam kehidupan kita. Pikiran yg tak bermanfaat pun akan hempas secara perlahan. Semoga Artikel ini dapat menolong teman-teman. Gan En

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.