Tetangga Indonesia Jadi Negara Pertama yg Presiden, Menterinya AI
Pulau eksperimental ini, yg terletak di lepas pantai negara tetangga Indonesia, yakni Filipina, akan didukung oleh kecerdasan buatan & dipimpin oleh replika digital dari beberapa tokoh & pemimpin terhebat dalam sejarah.
Dari Kaisar Romawi Marcus Aurelius hingga Perdana Menteri Inggris era 1940-1950an Winston Churchill, proyek ini menawarkan pandangan baru tentang pemerintahan, yg bertujuan menunjukkan bagaimana AI dapat memerintah tanpa adanya keberpihakan politik & penundaan birokrasi.
Kabinet Digital
Pemerintahan pulau ini akan berpusat pada kabinet AI yg terdiri dari 17 tokoh sejarah, yg masing-masing dihidupkan melalui replika digital yg tampak nyata.
Marcus Aurelius ‘terpilih’ menjabat sebagai presiden pulau tersebut, sementara Winston Churchill akan menjabat sebagai perdana menteri. Anggota kabinet lainnya termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Nelson Mandela sebagai menteri kehakiman, Eleanor Roosevelt yg menangani urusan luar negeri, & Florence Nightingale sebagai menteri kesehatan.
Replika AI sudah dilatih secara cermat berdasarkan pidato, tulisan, & filosofi tokoh sejarah masing-masing untuk memastikan kepribadian & gaya pengambilan keputusan mereka terwakili secara autentik.
Baik penduduk maupun pengunjung dapat berinteraksi dengan replika AI ini, mendiskusikan kebijakan & proposal melalui situs web Sensay Island. Pengaturan ini bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana AI dapat berfungsi sebagai badan pemerintahan, mengurangi bias manusia yg sering mengganggu pengambilan keputusan dalam sistem politik tradisional.
Eksperimen yg Berkelanjutan & Inklusif
Terletak di provinsi Palawan Barat, Pulau Sensay membentang seluas 3,4 kilometer persegi & menawarkan lanskap yg rimbun, pantai tropis, & laguna sebening kristal.
Suhu rata-rata pulau ini mencapai 26C & angin sepoi-sepoi bertiup sepanjang tahun, menjadikannya letak ideal untuk perkembangan yg berpusat pada ekologi & manusia.
Pulau ini akan dikembangkan berdasarkan peta jalan (roadmap) ambisius selama empat tahun. Pada tahun pertama, jaringan mikro energi terbarukan Pulau Sensay akan beroperasi, yg akan memasok listrik ke pulau tersebut secara berkelanjutan.
Pada 2027, pulau ini akan dibuka perdana kalinya untuk dihuni penduduk, bersamaan dengan deklarasi 60% suaka lingkungan untuk melindungi keindahan alamnya. Inisiatif ini menyeimbangkan aktivitas manusia dengan pelestarian ekologi, memastikan keberlanjutan jangka panjang pulau ini. Tujuan akhir proyek ini adalah menyelenggarakan Global AI-Governance Symposium pertamanya pada 2028, yg mempertemukan para pakar global untuk membahas masa depan kecerdasan buatan dalam tata kelola.
E-Residency & Partisipasi Global
Salah satu aspek paling unik dari Pulau Sensay adalah program E-residensinya, yg memungkinkan perseorangan dari seluruh dunia untuk mendaftar sebagai ‘E-residen’ & terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan di pulau tersebut.
Melalui platform akses terbuka, para E-residen akan dapat mengusulkan kebijakan, yg akan dibahas secara publik oleh kabinet digital sebelum pemungutan suara.
Tujuannya adalah untuk menawarkan cara baru & transparan bagi perseorangan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, menjadikannya tidak cuma uji kemampuan AI tetapi juga eksperimen global dalam demokrasi digital.
Keterbukaan ini dirancang untuk mendorong kolaborasi internasional & memberikan wawasan tentang bagaimana AI dapat memengaruhi pembuatan kebijakan global. Sensay berharap dapat memberi contoh bagaimana AI dapat bekerja tanpa batasan agenda politik tradisional, memungkinkan pengambilan keputusan yg semata-mata berdasarkan prestasi & debat yg terinformasi.
Visi Tata Kelola AI
Menurut pendiri Sensay, Dan Thomson, proyek ini merupakan eksplorasi yg berani tentang bagaimana AI dapat menantang sistem tata kelola konvensional.
“Inisiatif ini bertujuan untuk menunjukkan potensi kepemimpinan berbasis AI, yg bebas dari pengaruh partisan yg sering kali membentuk keputusan pemerintah,” ujarnya.
Investasi pre-seed perusahaan sebesar 2,5 juta poundsterling baru-baru ini mendukung visi tersebut, yg memungkinkan Sensay mengambil langkah-langkah menuju realisasi proyek ambisius ini.
Mengenai masa depan, Sensay Island menawarkan citra sekilas tentang seperti apa tata kelola AI nantinya, & mengundang orang-orang untuk jadi bagian dari eksperimen ini.
Dengan pengembangannya yg baru saja dimulai, proyek ini bertujuan membuka pintunya bagi para pengamat pada pertengahan 2026, diikuti oleh residensi penelitian dan, pada akhirnya, kewarganegaraan permanen ‘negara AI’.
Jika Berkenan