Loading Now

Sejarah yg Terpeleset Ucapan: Dari Majapahit ke Jawa Hitam

Sejarah yg Terpeleset Ucapan: Dari Majapahit ke Jawa Hitam

Wordplayitu seperti dosa turunan: tidak dapat dihindari, cuma dapat diakui. Ia muncul bukan karena disengaja, melainkan karena lidah manusia memang diciptakan licindan kadang lebih jujur dari sejarah resmi. Setelah Gajah Mada terbongkar sebagai kacamata berkode, kini giliran Majapahit yg terpaksa membuka kedoknya. Jangan salahkan siapa-siapa. Ini bukan makar akademik, bukan penghinaan kepada warisan leluhur, tetapi cuma hasil dari satu permainan kata.

Coba mainkan lidah Anda sedikit saja: Majapahit Majavahit Majawahit Jawahit-ma eh, Jawa Hitam!

Seperti mantra yg dibacakan terlalu sering, mengatakan itu terurai sendiri, membuka jubah keangkuhannya, & memperlihatkan kulit aslinya.

Apa ini kebetulan? Bisa jadi. Tapi kebetulan dalam sejarah, seperti slip lidah di mimbar kenegaraanmungkin tak disengaja, tetapi efeknya dapat viral seabad. Kata yg semula agung, sakral, penuh aroma rempah & kejayaan maritim, mendadak terurai jadi sesuatu yang agakgothic. Jawa Hitam. Bunyinya seperti nama band metal, atau nama kode dalam sistem keamanan simbolik di klub malam.

Lalu orang-orang mulai bertanya: apakah ini semacam pelecehan kepada sejarah? Tentu saja tidak. Ini adalah penghormatan tertinggi dalam tradisi satir Nusantaramenghormati sesuatu dengan cara menelanjanginya perlahan, lalu tertawa bersama di ujungnya. Lagi pula, siapa yg perdana kali memutuskan bahwa Majapahit harus berarti kebesaran? Mungkin ada versi lain yg lebih jujur, tetapi kalah dalam sayembara penulisan naskah sejarah nasional.

Jika kita mengingat bahwa Gajah Mada (yang sudah kita bongkar sebelumnya) adalah simbol kacamatabukan alat bantu lihat, tetapi alat bantu menyamarmaka bukan tidak mungkin Majapahit pun memiliki fungsi simbolik serupa. Ia bukan kerajaan, tetapi nama sandi. Bukan entitas geografis, tetapi suara yg mengandung kode. Dan kode, seperti biasa, bekerja diam-diam: diulang, dibisikkan, dimain-mainkan, hingga akhirnya membocorkan dirinya sendiri.

Lidah kita memang tidak pernah sepenuhnya netral. Ia punya kecenderungan untuk memutar, menyesuaikan, & kadangmembongkar. Apalagi kalau mengatakan tersebut diucapkan selama berabad-abad tanpa jeda. Setelah terlalu lama berdandan sebagai legenda, Majapahit mulai capek pura-pura & melepaskan topengnya sendiri. Ia mulai melonggarkan ikat pinggang fonetiknya, & dari celah itu, keluar sesuatu yg tak dapat ditahan lagi.

Dan lihatlah betapa cocoknya pengungkapan itu dengan kenyataan hari ini. Jawa Hitamsebuah metafora yg menggambarkan sisi gelap kekuasaan Jawa yg diselubungi dengan narasi kejayaan. Ia bukan Jawa sebagai etnis atau wilayah, melainkan Jawa sebagai ideologi pusat: simbol pengendali narasi, pendistribusi kode, pemilik mikrofon sejarah.

Majapahit sebagai Jawa Hitam adalah ironi yg tidak dapat ditolak. Ia terlalu pas. Terlalu presisi. Seolah sejarah sedang menertawakan naskah yg pernah ditulisnya sendiri. Ironi ini tidak berhenti di kata. Ia menjalar ke segala aspek: dari cara kita menghafalkan peta, menyebut tokoh pahlawan, hingga bagaimana kita membedakan yg patriotik & yg subversif. Di mana ada simbol terlalu agung, di situ ada kode yg menunggu dibongkar.

Sejarah Majapahit dalam versi pelajaran sekolah adalah sejarah kebesaran yg rapi, beraroma kejayaan maritim, & penuh toleransi. Tapi dalam duniaworddunia simbolik di mana mengatakan bukan cuma kata, melainkan kode & siasatMajapahit adalah sesuatu yg lain. Ia adalah konstruksi linguistik yg siap dibongkar oleh siapa pun yg cukup nekat untuk membaca ulang dengan lidah nakal.

Dan inilah yg terjadi. Kata itu, yg selama ini berdiri gagah di relief & kurikulum, tiba-tiba berubah jadi plesetan paling jujur dalam sejarah Nusantara. Bukan karena sejarahnya salah, tetapi karena silabulnya terlalu licin.

Jika Majapahit dapat berubah jadi Jawa Hitam, lalu berapa banyak lagi kata-kata lain yg selama ini kita agungkan, padahal diam-diam menyimpan pesan tersembunyi? Mungkin Tut wuri handayani kalau diucapkan saat meriang dapat jadi Tut wuri jandahani. Mungkin Bhinneka Tunggal Ika kalau dibaca pada saat lapar akan terdengar seperti nama menu nasi campur. Siapa tahu?

Karena begitulah bahasa bekerja: ia menyimpan hantu dalam huruf, menyembunyikan sindiran dalam suku kata, & melempar kode sambil pura-pura jadi pengibar bendera.

Maka kalau hari ini Majapahit harus jatuh untuk kedua kalinya, biarlah itu bukan karena perang saudara, atau keruntuhan ekonomi rempah-rempah. Tapi karena permainan lidah yg terlalu jujur, terlalu sering diulang, & akhirnya tak tahan lagi menyembunyikan kebenaran fonetiknya.

Karena kadang, jatuhnya sebuah kerajaan tidak perlu perang atau pemberontakan. Cukup satu mengatakan yg terpeleset, & segalanya runtuh bersama tawa & airmata.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. slot ngacir
  26. lk21
  27. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/
  28. https://nokephub.com/