Loading Now

Sejarah Nol dalam Rupiah

Sejarah Nol dalam Rupiah

1 Rupiah 1965

Jika mata uang adalah cermin martabat nasional, maka rupiah adalah cermin yg pernah jatuh berkali-kali, direkatkan dengan isolasi, lalu digantung kembali dengan penuh percaya diri. Sejak 1946, rupiah bukan cuma jadi alat tukar, tetapi juga saksi hidup dari kegagalan struktural,saneringimpulsif, & eksperimentasi fiskal yg lebih cocok dilakukan di laboratorium ketimbang negara bangsa.

Rupiah lahir dalam suasana revolusi: romantis di permukaan, kacau di dalam.Oeang Republik Indonesia(ORI), sebagai wujud awal rupiah, tak ubahnya manifesto ekonomi dalam bentuk kertas. Ia lebih banyak berfungsi simbolik ketimbang praktis. Pada masa itu, nilai tukar kepada gulden tak lebih dari sekadar aspirasi monetaris.

Tahun 1950-an, Indonesia mencoba menata ekonomi pasca-kemerdekaan. Rupiah dipatok di kisaran Rp 3,80 per USD. Sebuah kurs yg secara estetika terlihat sehat, namun secara fiskal rapuh. Anggaran negara masih hobi tekor, & inflasi dianggap bagian dari pertumbuhan. Jika ekonomi adalah pentas teater, maka ini adalah babak di mana aktornya tampil meyakinkan, tetapi skenarionya nihil logika fiskal.

Krisis mulai berwujud konkret pada 1965, saat pemerintah mengerjakansaneringsebuah istilah Belanda yg terdengar akademis, tetapi berisi tindakan yg tidak demokratis kepada tabungan rakyat: memotong nilai uang 1.000 jadi 1. Nol dikorbankan demi stabilitas, meski stabilitas tak pernah benar-benar datang.Sanering1965 menjadikan rupiah sebagai mata uang yg mengalami amputasi nominal tanpa anastesi sosial. Tabungan jadi uap, & rakyat menyambut kenyataan itu dengan senyum getir.

Namun untuk mengapresiasi ironi ini sepenuhnya, mari kita bandingkan dengan kisah nilai tukar negara-negara tetangga. Malaysia, misalnya, sejak kemerdekaannya menjaga ringgit dengan stabilitas yg hampir bersifat meditatif. Di awal 1970-an, 1 ringgit setara 1,50 USD. Bahkan saat krisis Asia 1997 melanda, Malaysia memilihcapital controldan menambatkan ringgit pada USD di angka 3,80. Kini, ringgit masih berada dalam kisaran 45 per USD. Nol mereka tak pernah membengkak seperti lengan kemeja murahan.

Thailand juga punya cerita stabil meski bergejolak. Baht Thailand sempat berada di kisaran 2025 baht/USD di awal 1990-an. Ketika krisis 1997 menghantam, baht jatuh ke level 50-an, tetapi tidak pernah melewati fase satu juta baht untuk satu burger. Mereka menghindarisanering. Alih-alih menghapus nol, mereka menghapus menteri ekonomi yg tidak kompeten.

Dan tentu saja Singapura, sang murid teladan IMF. Sejak 1980-an, SGD terus menguat secara stabil. Dolar Singapura pernah setara dengan 2,1 USD di era 1970-an, lalu turun ke 1,4-an. Tapi dalam pengelolaan ekonomi, Singapura tidak mengenal katasanering. Nol tetap dikontrol, bukan dilepaskan seperti kerbau di sawah anggaran.

Kembali ke Indonesia, pasca-Orde Baru & krisis 1997, rupiah berubah dari alat tukar yg dihormati ke ilusi angka yg membengkak tanpa daya. Dari Rp 2.350 per USD, rupiah jatuh ke Rp 16.800 cuma dalam hitungan bulan. Satu dekade kemudian, ia stabil di kisaran Rp 9.00014.000, lalu kinipada 2025bertengger manis di angka Rp 16.450 per USD. Bila dihitung dengan acuan sebelumsanering1965, maka satu dolar Amerika hari ini setara dengan Rp 16.450.000. Sebuah nilai yg terdengar prestisius, hingga kita sadar itu cuma cukup untuk membeli satu porsi nasi padang & ongkos pulang.

Wacana redenominasi sempat mengemuka. Tujuannya sederhana: menyederhanakan angka, mengurangi beban digital pada sistem akuntansi nasional, & tentu saja, menciptakan ilusi bahwa kita kaya secara efisien. Tapi, seperti biasa, kebijakan itu terhalang oleh dua hal: ketakutan birokrasi & imajinasi masyarakat yg terlalu traumatis pada mengatakan sanering.

Negara tetangga berhasil menstabilkan mata uang mereka dengan kombinasisound fiscalpolicy,exchange rate regimeyang adaptif, & tentu sajainstitusi yg tidak doyan mencetak uang untuk menutupi lubang anggaran. Sementara Indonesia memilih jalan berliku: sesekali memotong nol, lalu menyusun ulang mimpi.

Rupiah adalah contoh sempurna bagaimana ekonomi dapat jadi seni mempertahankan kehormatan simbolik di tengah kegagalan struktural. Angka di belakangnya makin banyak, tetapi daya belinya makin pendek. Ia seperti pidato politisi: panjang, rumit, tetapi minim substansi.

Sebagai bangsa, kita sudah terbiasa hidup dalam ilusi nominal. Kita menyebut seratus ribu untuk menyatakan satu lembar kecil, padahal nilainya nyaris setara dengan satu lembar di negara tetangga yg tak pernah menjalanisanering. Rupiah mengajarkan kita bahwa angka adalah semacam puisi kebangsaanpenuh perasaan, minim logika.

Penurunan nilai tukar yg tak wajar ini (Rp 3.80 ke Rp 16.450.000?), mungkin bukan perkaramacroeconomicframeworkyang terlalu rumit, atau kurva-kurva eksotik yg cuma dapat ditafsirkan oleh para ekonom. Karena dapat jadi, problem utama kita justru bersifat sangat teknis: apakah semua uang yg beredar benar-benar dicetak di bawah regulasi negara?

Fenomena ini layaknya gunung es fiskal: yg tampak adalah inflasi, defisit, & nilai tukar yg limbung. Tapi yg tak tampak adalah kemungkinan adanya sirkulasi uangoffthebook, tak terdata, namun efektif dalam menggerakkan ekonomi bayangansebuahphantom liquidityyang menghantui rupiah, menciptakannya letih menanggung beban yg tak dia cetak sendiri.

Kasus percetakan uang palsu di kampus UIN Makassar –dan peredaran dana misterius dalam jumlah besar, tanpa jejak produktivitas ekonomi yg sepadan, di lingkunganpassobisdi beberapa daerah di Sulsel– adalah alarm yg tidak boleh disepelekan. Jika ini dapat terjadi di kampus relijius, tempat iman & nafsu ber-mubahalah, bayangkan apa yg dapat terjadi di institusi lain yg lebih gelap & lebih sunyi.

Jadi, barangkali persoalan ekonomi kita bukanlah karena rakyat tak paham teori, tetapi karena terlalu banyak pihak yg menyembunyikan kunci serep rahasia menuju mesin cetak resmi. Rupiah bukan tidak kuatia cuma terlalu sering dipaksa tampil sehat dalam sistem yg pura-pura waras. Dan di balik tiap lembar uang rupiah, terselip asa rakyat & slip transfer yg tak pernah masuk laporan negara.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. slot ngacir
  26. lk21
  27. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/
  28. https://nokephub.com/