Sebuah Toko di Ujung Gang
Di sebuah kota kecil yg sering luput dari peta, tersembunyi sebuah gang sempit yg cuma diketahui oleh penduduk lama. Di ujung gang itu berdiri sebuah toko tua dengan papan nama yg sudah kusam: *Toko Barang-Barang Lupa*. Tak banyak orang yg masuk ke sana. Mereka yg tahu keberadaannya pun menganggap toko itu sekadar gudang rongsokan yg tak layak dilirik.
Namun, bagi mereka yg pernah masuk, toko itu seperti dunia lain.
Raka, seorang pemuda yg baru pindah ke kota itu untuk mencari pekerjaan, tak sengaja menemukan toko tersebut saat hujan deras memaksanya mencari tempat berteduh. Awalnya, ia ragu untuk masuk. Pintu kayunya tampak rapuh, kaca jendelanya buram tertutup debu, & dari luar cuma terlihat bayangan rak-rak tua penuh barang tak teratur. Tapi kilat menyambar, & tanpa pikir panjang, ia mendorong pintu itu masuk.
“Selamat datang,” ucap suara tua dari balik meja kasir yg tertutup tumpukan jam rusak & buku usang.
Raka menoleh & mendapati seorang pria tua berjenggot putih dengan mata tajam namun ramah. “Maaf, saya cuma mau numpang berteduh.”
“Tak masalah. Tapi jangan kaget kalau kau menemukan sesuatu yg kau lupakan,” jawab pria itu sambil tertawa kecil.
Raka tak mengerti maksudnya, tetapi ia tersenyum sopan & mulai mengamati isi toko. Ada boneka rusak, jam tangan patah, kunci tanpa gembok, hingga surat-surat sayang yg tak pernah terkirim. Semua barang seakan menyimpan kenangan yg tak lagi diingat oleh pemiliknya.
Saat berjalan di antara rak, mata Raka tertumbuk pada sebuah buku catatan kulit coklat yg tampak asing namun familiar. Ia mengambilnya & membuka halaman pertama.
**Catatan Harian Raka Kelas 5 SD**
Jantungnya berdegup. Ia masih ingat buku itu. Ia pernah memilikinya dulu, saat kecil. Tapi ia yakin buku itu hilang ketika keluarganya pindah mendadak karena sang ayah ditugaskan ke luar kota. Ia bahkan menangis karena kehilangan buku itu, sebab di sanalah ia menulis semua mimpinya: jadi penulis, menjelajah dunia, menciptakan ibunya bangga.
“Bagaimana buku ini dapat ada di sini?” gumam Raka.
Pria tua itu muncul dari balik rak, tersenyum. “Toko ini menyimpan barang-barang yg ditinggalkan manusiabukan karena hilang, tetapi karena dilupakan. Tapi bila seseorang benar-benar merindukan sesuatu dari masa lalu, barang itu akan muncul kembali.”
Raka termenung. Ia membolak-balik halaman demi halaman, membaca tulisan tangannya sendiri yg lugu namun penuh semangat. Tiba-tiba, air matanya jatuh tanpa ia sadari. Hidupnya beberapa tahun terakhir terasa begitu beratkehilangan pekerjaan, hubungan kandas, & kini ia tinggal di kota asing tanpa arah.
Tapi membaca buku itu, Raka merasa seperti dipeluk oleh versi kecil dirinya yg dulu sangat percaya bahwa segalanya mungkin.
“Boleh saya membawanya?” tanyanya lirih.
Pria tua itu mengangguk. “Tentu. Tapi ingat, setiap barang yg kau ambil dari toko ini akan membawamu kembali ke mimpimu yg pernah kau tinggalkan.”
Raka tersenyum. Ia mengangguk & keluar dari toko itu dengan langkah ringan, seolah beban hidupnya berkurang. Hujan pun sudah reda.
Beberapa bulan kemudian, Raka mulai menulis blog cerita fiksi & perlahan mendapat banyak pembaca. Ia menulis setiap malam, menumpahkan isi hatinya seperti dulu saat kecil. Namanya mulai dikenal. Bahkan, sebuah penerbit tertarik menerbitkan kumpulan ceritanya.
Toko itu? Ia mencoba kembali, tetapi gang itu kini seperti tak ada ujungnya. Bahkan papan namanya sudah lenyap.
Namun Raka tahu, toko itu benar-benar ada. Dan di sanalah ia menemukan kembali sesuatu yg tak ternilai: dirinya sendiri.
—