Negeri Kaya, Rakyat Miskin: Indonesia Masuk 4 Besar Kemiskinan Tertinggi Dunia
Berita mengejutkan kembali saya temui pagi ini, dimana negara kita yg terkenal dengan berbagai kekayaan sumber daya alamnya, ternyata jadi negara berpendapatan menengah ke atas dengan persentase penduduk termiskin paling banyak nomor 4 di dunia. Sungguh luar biasa.
Informasi ini didasarkan pada laporan terbaru yg dirilis oleh World Bank tentang tingkat kemiskinan global tahun 2025. Menurut laporan tersebut, sebanyak 60,3 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan yg ditetapkan untuk negara berpendapatan menengah atas, yaitu dengan pengeluaran harian per kapita sebesar US$6,85 atau sekitar Rp110.867 (mengpakai paritas daya beli/PPP tahun 2017).
Angka tersebut menjadikan Indonesia berada di bawah Afrika Selatan (63,4%), Namibia (62,5%), & Botswana (61,9%), yg menempati peringkat perdana hingga ketiga.
Sebagai informasi, Bank Dunia mengelompokkan standar garis kemiskinan jadi tiga kategori, yaitu:
[ul][li]US$2,15 per kapita per hari untuk tingkat kemiskinan internasional.[/li][li]US$3,65 per kapita per hari untuk negara berpendapatan menengah ke bawah.[/li][li]US$6,85 per kapita per hari untuk negara berpendapatan menengah ke atas.[/li][/ul]
Indonesia ditetapkan sebagai negara dengan pendapatan menengah ke atas oleh World Bank sejak tahun 2023, sehingga mengikuti standar US$6,85 per kapita per hari.
Melihat data ini, saya bingung harus merasa malu atau justru kagum kepada kemampuan pemerintah kita dalam mengelola negara, bagaimana mungkin negara sekaya ini justru memiliki tingkat kemiskinan yg begitu tinggi?
Data ini semestinya jadi cermin bagi kita semua, khususnya para pemangku kebijakan, bahwa pembangunan ekonomi tidak cukup cuma dilihat dari angka pertumbuhan atau status pendapatan nasional semata. Ketimpangan yg masih lebar, akses kepada layanan dasar yg belum merata, serta lemahnya distribusi hasil kekayaan alam, adalah persoalan mendasar yg perlu segera dibenahi.
Sudah saatnya kita berhenti bangga cuma karena label “negara berpendapatan menengah ke atas”, & mulai bekerja lebih serius untuk memastikan bahwa setiap warga negara benar-benar merasakan manfaat dari kekayaan negeri ini, bukan cuma segelintir orang saja.
