Loading Now

Negarakretagama: Kakimpoi Kolonial untuk Sejarah Nasional

Negarakretagama: Kakimpoi Kolonial untuk Sejarah Nasional

Ketika anak-anak sekolah di Indonesia diwajibkan menghafal daftar wilayah kekuasaan Majapahit dariNegarakretagama, sesungguhnya mereka sedang menghafal karya kolonial yg disajikan dengan topeng tradisional. Nama akbar Mpu Prapanca, sang pujangga kerajaan zaman ke-14, tidak lebih dari boneka filologisdiciptakan untuk memberi aura lokal pada naskah yg sejatinya lahir dari tangan penjajah.

Mari kita jujur: tidak ada bukti material bahwa Prapanca pernah hidup. Tidak ada prasasti kontemporer yg menyebut namanya. Tidak ada arsip non-kolonial yg menyinggung Negarakretagama. Yang ada hanyalah lontar yg ditemukan Belanda di Lombok pada 1894, diangkut ke Leiden, lalu diberi judul bombastis. Sejak itu, teks ini diperlakukan sebagai kitab suci Majapahitpadahal ia baru lahir setelah artileri kolonial memastikan dominasi Belanda di Nusantara.

Nama Mpu Prapanca diciptakan seperti tokoh dalam novel: lengkap dengan jabatan sebagaiDharmadyaksa Kasogatan, supaya tampak kredibel. Tetapi ia tidak pernah hadir di luar naskah. Sama halnya dengan Homer dari Yunani, ia adalah label anonim untuk legitimasi teks. Bedanya, di sini koloniallah yg menulisHomerosversi Jawa.

Perlu dicatat pula bahwa naskah yg ditemukan Belanda itu tidak pernah diperiksa secara ilmiah dengan uji karbon atau metode laboratorium modern. Asumsi bahwa naskah berasal dari zaman ke-14 hanyalah kesepakatan filolog kolonial, bukan fakta empiris. Bahkan lebih problematis, naskah yg kita kenal sekarang hanyalah salinan. Naskah asli yg konon jadi sumber tidak pernah terlihat oleh siapa pun, seakan ia adalah hantu teks yg cuma hadir melalui klaim para penyalin. Dengan mengatakan lain, bangsa ini belajar sejarah dari sebuah buku fotokopi tanpa pernah melihat dokumen aslinya.

Lebih jauh lagi, teks tersebut awalnya ditemukan dengan judulDeshvarnana(atauDesawarana), yg berarti ensiklopedia negera-negara. Namun, kolonial Belanda merasa nama itu kurang menjual. Maka ia diganti menjadiNegarakretagama, seakan-akan ia adalah kitab agung negara kuno, lengkap dengan aroma sakral yg cocok untuk propaganda. Perubahan nama ini bukan sekadar kosmetik, melainkan strategibranding. Dari brosur perjalanan jadi kitab negara. Dari catatan administratif yg samar jadi epos kejayaan nasional.

Perbandingan dengan Homer di Yunani antik makin memperjelas pola ini. Sama seperti Prapanca, Homer pun tidak meninggalkan jejak biografis. Para sejarawan menyebut persoalan ini sebagaiHomeric Question: apakah benar ada seorang perseorangan bernama Homer, ataukah ia hanyalah nama fiksi yg dipakai untuk menghimpun syair-syair lisan? Tidak ada bukti arkeologis, tidak ada catatan kontemporer. Yang ada cuma teks yg kemudian disalin & diberi pengarang tunggal supaya tampak otoritatif. Dengan mengatakan lain, baik Homer maupun Prapanca adalah topeng yg dipasang pada teks anonim. Bedanya,Iliad & Odysseylahir dari tradisi lisan panjang bangsa Yunani, sementaraNegarakretagamalahir dari kolonial yg sedang rajin mencetak masa lalu untuk kebutuhan politik.

Prasasti-prasasti yg kerap dipakai untuk menguatkan kisah Majapahit tidak kalah bermasalah. Hampir semuanya dibaca, dikatalogkan, & diterjemahkan oleh filolog kolonial. Tidak ada pembacaan independen dari sumber non-Barat yg dapat membenarkan isi prasasti itu. Dengan mengatakan lain, prasasti berfungsi seperti testimoni saksi palsu: diciptakan untuk menyokong narasi induk.

Untuk memahami pola ini, menarik membandingkannya dengan kasus di India. Teks politik klasikArthashastra, yg kini dipuja sebagai karyaKautilya(Chanakya),penasihat Chandragupta Maurya, juga memiliki kisah penemuan kolonial. Selama berabad-abad teks itu hilang, lalu ditemukan kembali pada zaman ke-19 oleh seorang sarjana di Mysore. Tiba-tiba, India modern memiliki sebuah kitab strategi politik yg dianggap setara denganThe Princekarya Machiavelli.

Namun banyak sejarawan meragukan otentisitasnya. Apakah benarArthashastraditulis di zaman ke-3 SM? Ataukah teks itu merupakan kompilasi yg disusun jauh kemudian, lalu diberi namaKautilyauntuk menambah wibawa? Persoalan ini sangat mirip denganNegarakretagama: teks anonim, muncul kembali di bawah supervisi kolonial, lalu diangkat jadi kitab nasional. Kedua kasus ini menunjukkan bahwa kolonial bukan sekadar penemu naskah, melainkan juga arsitek sejarah.

Tambahan menarik dapat ditemukan bila kita melihat bagaimana bangsa lain juga menjadikan teks semi-mitos sebagai fondasi sejarah. Jepang memilikiKojikiyang berfungsi sebagai kitab mitologi resmi, memadukan legenda dewa & silsilah kaisar untuk melegitimasi kekuasaan politik. Tiongkok memilikiShijikarya Sima Qian yg dianggap catatan sejarah pertama, meskipun isinya penuh kisah legenda & perhitungan astronomi yg sering sulit diverifikasi. BaikKojiki maupunShijimemperlihatkan pola serupa: teks yg memadukan mitos & catatan administratif, lalu diperlakukan sebagai fondasi kebenaran sejarah nasional. Dengan cara itu,Negarakretagamatidaklah sendirian, melainkan bagian dari tradisi global di mana narasi politik dibangun di atas naskah yg keruh antara fakta & fiksi. Bedanya, Negarakretagama, selain fiktif ia juga ditulis dengan tinta penjajahan.

Begitu Indonesia merdeka, teks kolonial ini diwarisi begitu saja. Ia segera dipromosikan jadi kitab nasionalisme. DariNegarakretagama, lahirlah mitos Nusantara bersatu sejak zaman ke-14. Dari wilayah taklukan, lahirlah jargon Sabang hingga Merauke. Dengan mengatakan lain, kolonial menciptakan teks untuk membenarkan imperium, lalu nasionalisme meminjamnya untuk membenarkan negara modern.

Hasil akhirnya adalah paradoks besar: jutaan pelajar Indonesia diajarkan sejarah yg ditulis oleh penjajah, dipoles jadi kebanggaan nasional. Mereka menghafal daftar wilayah taklukan Majapahit tanpa sadar sedang mengulang-ulang mantra kolonial. Kita bangga menyebut Hayam Wuruk sebagai raja besar, padahal ia mungkin tidak pernah ada kecuali sebagai tabiat dalam novel kolonial yg dibungkus lontar.

Jika benar sejarah ditulis oleh pemenang, maka Majapahit adalah contoh paling sukses. Tidak perlu ada kerajaan nyata, cukup ada teks kolonial yg dipercaya. Tidak perlu ada Prapanca, cukup ada nama yg dikutip di buku pelajaran. Maka, sejarah pun selesai: puisi kolonial berubah jadi fakta sejarah nasional.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. https://www.billspennsyphotos.com/
  26. slot ngacir
  27. lk21
  28. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/