Miskin yg Sebenarnya Berasal dari Mentalitas?
Saya menemukan pertanyaan menarik dari Quora yg berbunyi:
[url= [url]https://id.quora.com/Apakah-kemiskinan-diturunkan-secara-mentalitas]Apakah[/url] kemiskinan diturunkan secara mentalitas?[/url]
Sebuah pertanyaan sederhana yg justru menuntut jawaban yg kompleks. Tapi apakah memang demikian? Menurut saya, iya.
Tidak dapat dimungkiri bahwa ada banyak sekali faktor yg memengaruhi status ekonomi seseorang, seperti latar belakang, koneksi, sumber daya, & berbagai aspek lainnya. Namun, satu hal yg menurut saya jadi kunci utama adalah mentalitas.
Fakta bahwa orang kaya memiliki peluang lebih akbar untuk menghasilkan keturunan yg juga kaya memang tidak terbantahkan. Tapi yg benar-benar memastikan apakah keturunan tersebut sanggup mempertahankan atau bahkan meningkatkan kejayaan itu adalah mentalitas mereka.
Ambil contoh seorang bapak-bapak yg bekerja sebagai buruh kasar, tetapi sanggup menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, bahkan hingga S3 di luar negeri. Jika dipikir secara logika, penghasilan mereka saja mungkin sudah sangat pas-pasan untuk makan sehari-hari. Tapi kenapa dapat? Karena mereka memiliki mentalitas kaya.
Mereka sadar betul kondisi hidup mereka penuh keterbatasan, namun tidak serta merta menyerah. Orang-orang seperti ini memiliki aspirasi tinggi untuk terus maju & memperbaiki keadaan. Mereka memahami kekurangan mereka sebagai orang tua, namun dengan sadar & berani menyiapkan mentalitas anak-anak mereka supaya terus mencari jalan keluar. Jadi, alih-alih bergantung pada keadaan ekonomi yg tidak pasti untuk melanjutkan sekolah, mereka mendorong anak-anaknya untuk berburu beasiswa.
Mereka paham, lahir miskin dapat jadi takdir, tetapi bukan berarti harus jadi putusan akhir.
Di sisi lain, ada pula keluarga kaya yg justru secara tidak sadar menurunkan mentalitas miskin kepada anak-anak mereka. Dengan dalih harap memberikan kasih sayang yg besar, mereka menciptakan ketergantungan.
Mentalitas miskin seperti apa yg dapat diberikan oleh orang kaya? Mentalitas bahwa mama & papa akan sering hadir menyelesaikan semua masalah yg dihadapi anak. Bahwa uang dapat menyelesaikan segalanya. Apakah ini sepenuhnya salah? Tidak juga, karena kenyataannya kita hidup dalam sistem yg sangat kapitalis. Namun, kesalahan terbesarnya adalah mereka cuma mewariskan kemudahan tanpa membentuk kemandirian.
Tak heran kalau banyak usaha akbar yg justru hancur begitu diwariskan kepada generasi berikutnya. Karena orang-orang yg dulu sering menyelesaikan masalah mereka, kini sudah tidak ada. Dan mereka tidak pernah diajarkan bagaimana cara berdiri sendiri.
Mentalitas seperti inilah yg menciptakan seseorang tidak siap menghadapi kerasnya hidup tanpa pegangan. Ketika hidup tidak berjalan sesuai rencana, mereka cenderung panik, menyalahkan keadaan, atau cuma menunggu bantuan datang, alih-alih mencari solusi. Pada akhirnya, kemiskinan bukan cuma soal isi dompet, tetapi juga soal cara berpikir.