Loading Now

Menemukan Jawa Hitam: dari Majapahit ke Dutch East Indies

Menemukan Jawa Hitam: dari Majapahit ke Dutch East Indies

Konten Sensitif

Buka

Di dalam arsip yg tak pernah dibuka oleh kementerian pendidikan, tersembunyi sebuah entri yg membingungkan bahkan para pakar silsilah. Ia bukan suku, bukan kerajaan, & bukan pula provinsi yg dilupakan. Ia adalah hasil perkimpoian silang yg terlalu kompleks untuk dibicarakan di meja makan keluarga, tetapi terlalu nyata untuk diingkari. Sebuah mengatakan yg terselip di antara catatan usang, seakan terjatuh dari mulut arsiparis yg mengantuk. Awalnya tampak seperti kekeliruan pencatatan. Tetapi semakin lama saya menatap mengatakan itu, semakin terasa seolah ia berusaha melompat keluar dari kertas, menuntut supaya dikenali. Kata ini bukan sekadar istilah, melainkan sebuah bukti diri yg selama ini bersembunyi di balik dua topeng: Majapahit & Dutch East Indies.

Majapahit, ketika huruf-hurufnya diacak secara iseng, akan menyisakan gema samar yg dapat berbunyi Jawa Hitam. Sementara Dutch East Indies (Indonesia: Belanda-Timur-India), sebagai hasil permainan mengatakan yg serupa, meninggalkan jejak biologis berupa keturunan campuran: Belanda, orang Timur (Maluku, Timor, Flores), & India, yg secara fisik menghasilkan tampilan rupa mendekati citra itu. Seakan-akan sejarah sedang bercanda, menyatukan mitos & darah dalam satu sebutan yg absurd namun sulit dibantah. Keturunan campuran ini bukan sekedar konsekuensi liar atau efek samping dari kolonialisme. Tapi diprogram & dipersiapkan secara sengaja sebagai pewaris tahta kerajaan Majapahit & kolonialisme Hindia-Belanda sekaligus.

Belanda mewariskan genetika Eropa di kepulauan Nusantara dengan menikahi, menculik atau memaksa perempuan lokal dari Timur (dan Jawa). Dari India datang serdadu British India yg disewa pada masa kolonial. Pertemuan-pertemuan itu menciptakan wajah-wajah ambigu: hidung mancung, kulit gelap, rambut lebat bergelombang seperti riak-riak kecil yg mengiringi laju kapal penyeberangan antara Tanjung Perak & pelabuhan Kamal, serta sorot mata tajam yg melayang antara tatapan disiplin militer kolonial & lirikan aktor film India tahun 70-an.

Ciri-ciri itu lambat laun membentuk suatu kategori tak tertulis: cukup Belanda untuk dipercaya, cukup lokal untuk dapat menyatu dengan masyarakat, cukup India untuk menari enam menit penuh dengan pinggul yg luwes. Mereka hidup di zona abu-abu, jadi jembatan hidup yg dimanfaatkan kolonial untuk menutupi jarak antara penjajah & yg terjajah.

Dalam keseharian, bukti diri ini bergerak lebih fleksibel, menyesuaikan diri dengan peran yg diperlukan. Siang hari ia tampak rapi dengan jas tutup di kantor administrasi, menandatangani laporan & mengatur berkas; malamnya, ia berubah jadi pusat perhatian di pesta, menyanyikan lagu India diiringi gramofon. Makna kata-kata itu sering tidak dipahami, namun getaran musiknya terasa akrab, jadi semacam DNA tak tertulis yg diwariskan lebih konsisten daripada dokumen akta kelahiran.

Pernikahan mereka adalah pentas absurd sejarah. Meja penuh kompromi kuliner: kroket Belanda, kari India, ikan bakar Halmahera, jus alpukat Maumere serta gado-gado khas Jawa Timur, semua bersebelahan tanpa merasa bersalah. Musik berganti tanpa isyarat: gamelan, lalu waltz, lalu tiba-tibasoudtrackfilm-film klasik dari Bollywood. Tidak ada yg protes; tubuh mereka menyesuaikan, kaki melangkah dengan ritme yg tidak peduli batas & kategori.

Inilah arsip hidup, bukan di dalam lemari kayu kementerian, melainkan di tubuh, gerak & kebiasaan. Sejarah kolonial mungkin mencatat kapal, pajak, & peperangan, tetapi melupakan pesta dansa & lirik lagu India yg dijadikan ninna-bobo anak-anak hasil percampuran.

Namun absurditas ini bukan sekadar anekdot. Ia menyingkap bahwa penjajahan tidak cuma menguasai tanah, tetapi juga mengatur daging & darah. Kategori rasial yg tampak beku ternyata dapat dicairkan dengan darah campuran. Eropa menolak menyebut mereka Eropa, tetapi tetap merekrut mereka sebagai tentara di barak-barak militer, pegawai pelabuhan & kantor. Mereka dipakai sebagai “lapisan penyangga”—makhluk ganda yg menanggung beban dua dunia.

Di sinilah mengatakan Jawa Hitam menemukan bentuknya. Ia bukan nama yg lahir di meja pejabat, melainkan gumaman sejarah yg menampung semua kontradiksi. Ia menegaskan bahwa hasil percampuran dapat membingungkan statistik, tetapi justru menyelamatkan kekuasaan kolonial dari keruntuhan total.

Lalu, bagaimana dengan Majapahit? Di sinilah paradoks semakin jelas. Majapahit dipuja sebagai simbol kejayaan Nusantara: kerajaan yg konon menguasai gugusan pulau dari Sabang hingga Merauke, bahkan Asia Tenggara. Namun narasinya dibangun dengan pola yg persis sama seperti kolonialisme: ekspansi, penguasaan, penarikan upeti, penyeragaman dalam nama pemerintahan pusat.

Jika Hindia Belanda menaklukkan dengan meriam & peraturan pajak, Majapahit menaklukkan dengan sumpah & panji-panji kebesaran. Tetapi struktur keduanya serupa: pusat menguasai pinggiran, perbatasan tunduk pada istana atau kantor gubernur, & seluruhnya dibungkus dengan narasi legitimasi.

Kesamaan ini bukan kebetulan. Ia menandakan bahwa Majapahit & Dutch East Indies sebenarnya memainkan peran ganda sebagai paras yg berbeda dari penjajahan yg sama. Satu berkostum kerajaan Jawa kuno, satu lagi berkostum birokrasi kolonial Eropa. Di antara keduanya, bersembunyi manusia-manusia hibrida yg secara fisik mendekati mengatakan yg muncul secara ajaib karena “iseng” itu.

Bayangkan: ketika bangsa Eropa pergi, narasi Majapahit diangkat kembali sebagai pengganti, seolah-olah tanah ini sering punya pusat kekuasaan yg sah. Namun, keduanya hanyalah topeng berbeda dari satu paras penjajahan. Topeng perdana penuh mitos, topeng kedua penuh administrasi. Tetapi di baliknya sama saja: dominasi, pengaturan, & penciptaan komunitas imajiner.

Maka mengatakan itu—Jawa Hitam—menjadi saksi absurditas sejarah. Ia adalah tubuh biologis hasil kolonialisme, tetapi sekaligus gema linguistik dari mitos Majapahit. Ia menjembatani dua bab yg tampak terpisah, menunjukkan bahwa garis sejarah Nusantara bukan lurus, melainkan spiral, berputar di sekitar pusat kekuasaan yg sama.

Kini, di zaman modern, warisan itu belum lenyap. Wajah-wajah itu masih tampak di mana-mana, diaspora campuran genetika Eropa, Asia Selatan & Maluku. Di televisi nasional, paras dengan kategori ini tampil sebagai model ideal, tanpa pernah disadari bahwa mereka adalah bagian dari arsip kolonial yg hidup.

Kita tidak pernah menyebut mereka dengan nama tersebut secara resmi. Ia tetap jadi mengatakan yg tersembunyi, gumaman di tepi arsip. Tetapi kehadirannya menyingkap sesuatu yg lebih besar: bahwa penjajahan bukan sekadar peristiwa masa lalu, melainkan kondisi yg menyusup ke dalam bukti diri -bahkan imajinasi nasional.

Mungkin inilah kesimpulan paling absurd sekaligus paling jujur: Majapahit & Dutch East Indies bukanlah dua cerita terpisah. Mereka adalah paras kembar dari satu proyek: penjajahan. Yang satu diberi baju kerajaan, yg lain diberi seragam kolonial. Dan di antara mereka lahirlah generasi campuran yg jadi bukti hidup bahwa garis batas bukti diri hanyalah alat politik.

Jika benar demikian, maka mereka sudah mengakar dalam setiap sel tubuh kita, menulis ulang sejarah dalam darah & kulit. Penjajahan bukan lagi cuma cerita yg dikisahkan di pelabuhan, benteng & kota-kota tua, tetapi gema yg terus hidup dalam gerak kita, dalam cara kita tertawa, menari, & bahkan memandang dunia. Meski layar kapal-kapal Eropa sudah lama meninggalkan Batavia, bayangan itu tetap menempel, menyelinap di sela-sela kata, di lirikan mata, & di setiap langkah yg kita kira milik sendiri. Identitas bangsa jadi arsip hidup dari suatu eksperimen sosial kolonial yg tak pernah sepenuhnya dapat dihapus.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. https://www.billspennsyphotos.com/
  26. slot ngacir
  27. lk21
  28. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/