Loading Now

Laut Kaya, Hidup Tetap Sengsara: Sebuah Ironi Nelayan Indonesia

Laut Kaya, Hidup Tetap Sengsara: Sebuah Ironi Nelayan Indonesia

Setiap kali saya melihat hamparan laut Indonesia yg luas & biru, rasanya hati ini ikut bangga. Negeri kita ini, katanya, surga maritim. Kaya akan ikan, terumbu karang, hingga potensi pariwisata bahari yg luar biasa. Tapi di balik kekayaan itu, saya sering merenung: kenapa nelayan kita justru hidupnya jauh dari mengatakan makmur. Pikiran ini muncul ketika saya pernah ikut rekan saya membeli ikan langsung di nelayan, cuma dengan uang kurang dari 20 ribu, kami sudah dapat ikan sekantong. Murah sekali, ada gap harga yg sangat tinggi antara nelayan dengan penjual pasar.
Berlandaskan pikiran tersebut, saya mencoba membaca data dari Kementerian Kelautan & Perikanan yg menyebutkan bahwa ada kurang lebih 3,03 juta nelayan di Indonesia pada tahun 2024. Namun dari jumlah itu, profesi nelayan ternyata cuma menyumbang 1,10% dari total penduduk Indonesia. Artinya? Profesi ini sebenarnya semakin terpinggirkan. Sedikit yg memilih jalan hidup sebagai nelayan, & saya rasa wajar saja. Siapa yg mau bertahan jadi nelayan kalau hidupnya terus-menerus diselimuti ketidakpastian & minim perlindungan?
Laut Kaya, Hidup Tetap Sengsara: Sebuah Ironi Nelayan Indonesia

Lebih sedihnya lagi, ternyata Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada tahun 2023 semakin menurun, bahkan di Desember mencapai titik terendah, 102,51. NTN adalah indikator yg dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan. Intinya NTN menunjukkan apakah pendapatan yg diperoleh nelayan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kalau nilainya makin turun, itu artinya pendapatan mereka juga makin tipis. Belanja kebutuhan hidup jadi makin berat. Padahal mereka kerja banting tulang di laut, bertaruh nyawa.
Yang lebih bikin miris, menurut data dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, sekitar 2,7 juta nelayan di negeri ini malah menyumbang 25% angka kemiskinan nasional. Setengah lebih dari keluarga mereka hidup di wilayah pesisir dalam kondisi yg sama memprihatinkan.
Jujur saya melihat kondisi ini sebagai sebuah ironi. Indonesia, negara yg tersusun dari lebih dari 17.000 pulau, dengan kekayaan maritim yg luar biasa besar, justru memiliki nelayan yg tidak makmur. Hidup bertaruh nyawa, belum lagi bergelut dengan nelayan dari negara lain yg ikut mendulang ikan di perairan kita. Lalu kemanakah peran negara? Bahkan kasus pagar laut sekarang hilang entah kemana. Selesai? Jelas tidak.
Ini jadi pertanyaan akbar untuk saya: ke mana arah kebijakan kita selama ini? Kenapa kekayaan laut yg begitu besar, tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan orang-orang yg menggantungkan hidup di sana? Saya sedih, & rasanya juga marah. Bukan semata-mata karena nelayan kita miskin, tetapi karena negara seolah tidak hadir cukup kuat untuk memperjuangkan nasib mereka. Ini bukan cuma soal angka di atas kertas, ini tentang kehidupan, tentang keluarga-keluarga di pesisir yg pantas hidup layak, seperti mayoritas dari kita.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://nonton.thmoviehdd.com/