LALIGA Extra Time tekankan pentingnya memerangi penipuan audiovisual
Singapura (ANTARA) – Penipuan audiovisual merupakan ancaman terbesar bagi masa depan industri sepak bola, begitu salah satu kesimpulan utama yg dicapai oleh para peserta forum acara LALIGA Extra Time edisi kedua di Singapura yg digelar Senin.
Pada edisi kali ini, Presiden LALIGA Javier Tebas membuka acara dengan sebuah pidato yg menekankan pentingnya perang melawan penipuan audiovisual.
“Memerangi penipuan audiovisual membutuhkan biaya yg akbar bagi LALIGA, tetapi kami memilih untuk memimpin, karena biaya untuk tidak mengerjakannya jauh lebih besar. Kami menghadapi jaringan kriminal yg sangat terorganisasi yg menyebabkan kerusakan yg tak terbayangkan di seluruh perekonomian,” mengatakan Tebas.
“Skala tantangan ini berarti bahwa harus ada komitmen total di tingkat kelembagaan & antara perusahaan, baik di industri olahraga maupun teknologi. Perjuangan ini bersifat global & kolaboratif, & kami juga harus bertindak dengan mengecam ketidakaktifan beberapa perantara, yg memungkinkan konten kriminal dibagikan melalui infrastruktur mereka,” tambah dia.
Menurut data dari sebuah studi oleh Synamedia dengan Ampere Analysis, pembajakan audiovisual menyebabkan kerugian global dalam bentuk pendapatan baru lebih dari 28 miliar dolar setiap tahunnya. Klub-klub LALIGA Spanyol, menurut data yg diingat oleh Tebas, merugi antara 600 & 700 juta euro per tahun.
Pada musim lalu, LALIGA mengandalkan teknologi pemantauan berbasis kecerdasan buatan (AI), yg dipakai untuk memantau pola pendaftaran, melacak perilaku mencurigakan, & memperkuat kapasitas regu yg bekerja untuk mendeteksi penipuan. Tak cuma itu, LALIGA juga sudah memperkuat pekerjaannya dalam tingkat hukum. Hasilnya, menurut Tebas pembajakan sudah berkurang hingga 60 persen.
Menurut laporan oleh Live Content Coalition (LCC), sebanyak 10,8 juta siaran olahraga ilegal terdeteksi di Eropa saja pada tahun 2024. Dalam industri sepak bola, siaran ilegal ini konsekuensinya sangat akbar bagi klub.
LALIGA berpartisipasi pada tahun 2024 dalam Operasi Kratos, yg dipimpin oleh Europol, yg berhasil membongkar jaringan 22 juta pengguna di Eropa. Dalam operasi ini bahkan juga menemukan senjata & obat-obatan dalam penggeledahan.