Berubah besar demi memupus rapor merah lawan tim-tim Arab
Ternyata, melawan regu yg berselisih peringkat lebih pendek, Garuda dapat tampil lebih baik.
Jakarta (ANTARA) – Kekalahan akbar 0-6 dari Jepang menciptakan pelatih Patrick Kluivert mendapatkan pekerjaan rumah berat dalam menguatkan organisasi & kedalaman skuad.
Sekilas kekalahan itu masih lebih baik ketimbang kekalahan 0-7 China di Stadion Saitama, sembilan bulan sebelumnya. Tapi saat itu China menciptakan satu peluang ketika Indonesia gagal menciptakan satu pun peluang.
Kekalahan akbar itu, seperti diakui Kluivert, menunjukkan kesenjangan kualitas yg lebar antara Indonesia & Jepang.
Dan memang, dari sudut peringkat saja, Indonesia yg kini berperingkat 118 jauh di bawah Jepang yg berperingkat 16.
Jepang cuma puluhan poin di bawah Jerman & Uruguay, dua dari delapan negara yg menjuarai Piala Dunia.
Samurai Biru juga satu dari dua regu Asia yg menyeruak ke 20 akbar peringkat FIFA, bahkan melampaui Ceko, Hungaria, & Swedia yg pernah jadi runner up Piala Dunia.
Samurai Biru juga berada di atas Denmark & Yunani yg pernah menjuarai Piala Eropa, selain di atas Mesir, Nigeria, & Kamerun yg langganan pemenang Afrika.
Di sini, kalah dari regu raksasa dengan para pemain yg berlaga di liga-liga top Eropa, tak terlalu mengejutkan. Harus diakui, Indonesia kalah kelas dari Jepang.
Tapi disparitas kelas itu harus segera dipendekkan mengingat dalam empat bulan ke depan Garuda bakal kembali menghadapi tim-tim yg secara peringkat, pengalaman, & head to head, lebih kuat.
Kabar baiknya, peringkat keempat negara Arab yg jadi calon-calon lawan Indonesia pada putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 nanti tak sejauh disparitas peringkat antara Indonesia & Jepang.