Loading Now

Bahasa: Sejarah, Teori, Fungsi, & Pengaruhnya dalam Kehidupan

Bahasa: Sejarah, Teori, Fungsi, & Pengaruhnya dalam Kehidupan

Pengertian & Asal Usul Istilah “Bahasa”

Kata”bahasa”berasal dari bahasa Sanskerta”bh”, yg berarti “ucapan” atau “percakapan”. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Melayu Kuno & berkembang menjadi”bahasa”dalam bahasa Indonesia modern. Dalam konteks linguistik, bahasa didefinisikan sebagai sistem simbol vokal atau tulisan yg dipakai manusia untuk berkomunikasi, berpikir, & mengekspresikan ide (Chaer, 2009).

Sejarah bahasa manusia diperkirakan dimulai sekitar 100.000 tahun yg lalu, bersamaan dengan perkembangan otakHomo sapiens. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa bahasa lisan muncul sebelum tulisan, dengan simbol-simbol komunikasi primitif seperti gerakan & suara (Crystal, 1997).

Teori-Teori Pembentukan Bahasa

Beberapa teori mencoba menjelaskan asal-usul bahasa, di antaranya:

– Teori Onomatope (Bow-Wow Theory):

Bahasa muncul dari peniruan suara alam (contoh: “meong” dalam bahasa Indonesia mengikuti suara kucing).

– Teori Gesture (Gerak Tubuh): Bahasa berkembang dari gerakan tubuh sebelum jadi sistem bunyi (Corballis, 2002).

– Teori Yo-He-Ho: Bahasa lahir dari kerja kelompok yg membutuhkan koordinasi suara (seperti nyanyian nelayan).

Meskipun belum ada konsensus, penelitian neurolinguistik modern menunjukkan bahwa bahasa adalah hasil evolusi kompleks otak manusia (Pinker, 1994).

Fungsi & Manfaat Bahasa dalam Kehidupan

Menurut Halliday (1975), bahasa memiliki tujuh fungsi utama:

– Instrumental(memenuhi kebutuhan),

– Regulatori(mengontrol perilaku),

– Interaksional(berkomunikasi sosial),

– Personal(mengekspresikan identitas),

– Heuristik(belajar & mengeksplorasi),

– Imajinatif(berkreasi),

– Representasional(menyampaikan informasi).

Contoh kasus: Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) membuktikan bahwa bahasa tidak terbatas pada suara, tetapi juga gerakan, menolong penyandang tunarungu berpartisipasi dalam masyarakat (Pusat Bahasa, 2016).

Serapan Bahasa: Pengaruh Budaya & Globalisasi

Bahasa tidak statisia terus berkembang melalui proses penyerapan (loanwords) dari bahasa lain. Sebagai contoh, bahasa Indonesia menyerap banyak kosakata dari:

– Sanskerta(e.g.,”bahasa”,”karya”,”pura”),

– Arab(e.g.,”kitab”,”ilmu”,”dunia”),

– Belanda(e.g.,”kantor”,”handuk”,”rok”),

– Inggris(e.g.,”teknologi”,”komputer”,”global”).

Fenomena ini disebutalih kode(code-switching) ataucampur kode(code-mixing), yg sering terjadi di masyarakat multilingual (Suwito, 1985). Contoh kasus: Kata”administrasi”(dari Belandaadministratie) dan”system”(dari Inggris) sudah jadi bagian kosa mengatakan resmi Indonesia.

Bahasa Isyarat: Bahasa Tanpa Suara

Bahasa isyarat adalah sistem komunikasi visual-gestural yg dipakai oleh komunitas Tuli. Berbeda dengan bahasa lisan, bahasa isyarat memiliki tata bahasa sendiri, seperti:

– American Sign Language (ASL)

Dipakai di AS dengan struktur berbeda dari Inggris.

– Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

Berkembang alami di kalangan Tuli Indonesia.

Penelitian oleh Supalla & McKee (2002) menunjukkan bahwa bahasa isyarat memenuhi semua kriteria linguistik, termasuk fonologi (gerakan tangan), morfologi, & sintaksis. Contoh: Dalam BISINDO, kata”makan”dan”nasi”memiliki tanda berbeda yg dapat digabungkan membentuk makna baru.

Studi Kasus: Bahasa yg Punah & Revitalisasi

UNESCO mencatat bahwasetiap dua minggu, satu bahasa punah. Beberapa kasus penting:

– Bahasa Latin

Tidak lagi dipakai sebagai bahasa sehari-hari tetapi hidup dalam istilah medis & sains (e.g.,”in vitro”,”et cetera”).

– Bahasa Sanskerta

Masih dipelajari di India & Bali untuk keperluan religius.

– Bahasa Maori (Selandia Baru)

Hampir punah, tetapi dihidupkan kembali melalui sekolah”Kohanga Reo”(King, 2001).

Di Indonesia, bahasa daerah sepertiTernatedanTahuriterancam punah karena dominasi bahasa Indonesia (Kemdikbud, 2020). Upaya revitalisasi dilakukan melalui dokumentasi & pengajaran di sekolah.

Peran Teknologi dalam Perkembangan Bahasa

Perkembangan teknologi digital sudah mengubah cara manusia berbahasa secara dramatis. Beberapa akibat signifikan termasuk:

– Media Sosial:

Memunculkan bentuk bahasa baru sepertisingkatan(e.g., “OTW” =on the way),emojis, danbahasa gaul(e.g., “mantul” =mantap betul).

– Kecerdasan Buatan (AI):

Tools seperti Google Translate & DeepL memengaruhi proses penerjemahan, meski masih memiliki keterbatasan dalam menangkap nuansa budaya (Hutchins, 2005).

– Text-to-Speech (TTS) & Speech Recognition:

Membantu penyandang disabilitas berkomunikasi, seperti aplikasi yg mengubah teks jadi bahasa isyarat animasi.

Contoh kasus: Penelitian oleh Thurlow (2003) menunjukkan bahwa generasi muda cenderung mengpakaibahasa hybrid(campuran bahasa Inggris-Indonesia) dalam percakapan digital, seperti”Aku lagime-timedulu ya.”

Bahasa sebagai Alat Diplomasi & Soft Power

Bahasa tidak cuma alat komunikasi, tetapi juga instrumen politik & budaya. Beberapa contoh pengaruh bahasa dalam diplomasi:

– Bahasa Inggris

sebagailingua francaglobal dalam hubungan internasional.

– Bahasa Mandarin

yang dipromosikan melaluiConfucius Institutesebagai bagian diplomasi budaya Tiongkok.

– Bahasa Prancis

dipertahankan melaluiLa Francophonieuntuk menjaga pengaruh bekas koloni.

Di Indonesia, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat pemersatu bangsa sekaligus diplomasi di ASEAN (Alisjahbana, 1974). Contoh kasus: Perjanjian perdamaian RI-GAM 2005 mengpakai bahasa Indonesia & Inggris sebagai dokumen resmi.

Bahasa Daerah vs. Bahasa Nasional: Dinamika & Tantangan

Meskipun bahasa Indonesia berperan sebagai pemersatu, bahasa daerah menghadapi tantangan serius:

– Dominasi Bahasa Indonesiadi media & pendidikan formal mengurangi penutur bahasa daerah.

– Erosi Kosakata: Banyak anak muda tidak lagi mengenal istilah tradisional (e.g., istilah pertanian dalam bahasa Jawa).

– Upaya Pelestarian: Beberapa daerah menerapkanmuatan lokalbahasa ibu di sekolah, seperti bahasa Sunda di Jawa Barat (Dardjowidjojo, 2010).

Contoh kasus: Bahasa Bali mengalami pergeseran karena generasi muda lebih fasih berbahasa Indonesia, tetapi program”Ajang Balinese Language Festival”berhasil meningkatkan minat belajar (Universitas Udayana, 2019).

Psikolinguistik: Proses Kognitif dalam Penguasaan Bahasa

Psikolinguistik mengkaji bagaimana manusia memproses bahasa secara kognitif. Beberapa temuan penting meliputi:

– Pemerolehan Bahasa Anak:

Menurut teori Chomsky (1965), manusia memilikiLAD (Language Acquisition Device)bawaan yg memudahkan anak belajar bahasa tanpa instruksi formal. Contoh: Anak usia 2-3 tahun sanggup membentuk kalimat kompleks meski belum diajari tata bahasa.

– Gangguan Bahasa:

Afasia (kerusakan otak akibat stroke) dapat memengaruhi kemampuan berbahasa, seperti kesulitan menemukan mengatakan (anomia) atau merangkai kalimat (Goodglass, 1993).

– Bilingualisme:

Penelitian menunjukkan bahwa menguasai dua bahasa meningkatkan fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility) & memori kerja (Bialystok, 2009).

Contoh Kasus: Studi di Kanada membuktikan anak bilingual lebih cepat beralih tugas (task-switching) daripada monolingual (Journal of Experimental Child Psychology, 2015).

Bahasa & Identitas Budaya

Bahasa mencerminkan bukti diri komunitas, bahkan memengaruhi persepsi dunia. Beberapa fenomena menarik:

– Sapir-Whorf Hypothesis:

Struktur bahasa membentuk cara berpikir. Contoh: Bahasa Hopi (suku asli Amerika) tidak memiliki kala waktu, sehingga penuturnya memandang waktu secara siklis (Whorf, 1956).

– Bahasa Gender:

Bahasa Spanyol & Prancis mengpakai gender gramatikal (maskulin/feminin), sementara bahasa Indonesia netral gender.

– Bahasa Pemertahanan Etnis:

Komunitas Tionghoa Indonesia mempertahankan dialek Hokkien melalui ritual & masakan (e.g., istilah”bakso”dari Hokkien”bah-so”).

Contoh Kasus: Penutur bahasa Jepang kesulitan membedakan bunyi “L” & “R” karena sistem fonologi bahasa mereka tidak mengenal kedua fonem tersebut (Iverson et al., 2003).

Dampak Globalisasi pada Bahasa Minoritas

Globalisasi mempercepat kepunahan bahasa minoritas sekaligus memunculkan hibridisasi:

– Bahasa Pijin & Kreol: Bahasa campuran sepertiTok Pisindi Papua Nugini (dari Inggris + bahasa lokal) jadi bahasa nasional.

– Englishization: Dominasi bahasa Inggris dalam sains & teknologi menggeser istilah lokal. Contoh: Istilah”unggah”(upload) dan”unduh”(download) di Indonesia adalah upaya resistensi.

– Digital Divide: Bahasa minoritas sulit bertahan di dunia digital karena kurangnya dukungan algoritma (e.g., Google Translate belum mencakup bahasa daerah Indonesia seperti Rejang).

Contoh Kasus: Bahasa Smi (Skandinavia) hampir punah, tetapi upaya aktivis berhasil memasukkannya dalam kurikulum sekolah & papan jalan (UNESCO, 2018).

Masa Depan Bahasa: Antara Kepunahan & Inovasi

Perkembangan bahasa di era digital menghadapi dua tren berlawanan:

– Ancaman Kepunahan:

UNESCO memperkirakan 50-90% bahasa dunia akan punah pada 2100, khususnya bahasa daerah dengan penutur di bawah 10.000 orang. Contoh: Bahasa Toda (India) cuma memiliki 1.500 penutur (Ethnologue, 2023).

– Kelahiran Bahasa Baru:

Munculnyabahasa internetsepertiAlay(Indonesia) atauJejenese(Kolombia), serta kode pemrograman (Python, Java) sebagai “bahasa” era digital.

Solusi yg diusulkan:

– Teknologi Pemrosesan Bahasa Alami (NLP):

Pengembangan AI untuk dokumentasi bahasa terancam, seperti proyekEndangered Languages Project.

– Kebijakan Multibahasa: Pemerintah perlu mengintegrasikan bahasa daerah dalam pendidikan, mirip kebijakanWelshdi Inggris yg berhasil meningkatkan penutur muda (BBC, 2021).

Rekomendasi untuk Pelestarian Bahasa

Berdasarkan penelitian lapangan, langkah strategis meliputi:

– Pendokumentasian:

Rekam penutur tua bahasa minoritas mengpakai metodecorpus linguistics, seperti yg dilakukan MIT untuk bahasa Ainu (Jepang).

– Intervensi Pendidikan:

— Muatan lokal wajib bahasa daerah (contoh sukses: Basque di Spanyol).

— “Sekolah Bahasa Ibu” untuk komunitas adat, sepertiSekolah Paserdi Kalimantan.

– Media Kreatif:

— Konten TikTok/YouTube dalam bahasa daerah (contoh: kreator Jawa @sukasukague).

— Subtitel film berbahasa daerah (seperti upaya Kerala dengan bahasa Malayalam).

Contoh Kasus: Bahasa Hawaii yg nyaris punah (hanya 2.000 penutur asli) berhasil direvitalisasi melaluiimmersion schools, kini memiliki 30.000 penutur (NY Times, 2022).

Kesimpulan: Bahasa sebagai Warisan Kemanusiaan

Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi:

– Sistem Pengetahuan:

Setiap bahasa mengandung kosakata unik tentang lingkungan & budaya (e.g., bahasa Inuit punya 50 istilah untuk salju).

– Identitas Kolektif:

Kepunahan bahasa berarti hilangnya perspektif dunia yg unik (Harrison, 2007).

– Modal Sosial:

Bahasa daerah berperan dalam mitigasi bencana (istilah lokal sering lebih seksama menggambarkan gejala alam).

Call to Action:

– Individu:

Gunakan bahasa daerah dalam ranah keluarga.

– Akademisi:

Kembangkan penelitianlanguage revitalization.

– Pemerintah:

Alokasikan dana spesifik untuk pelindungan bahasa, miripNative American Languages Actdi AS.

“Bahasa adalah peta jalan budaya. Ia memberitahu dari mana kita datang & ke mana kita mungkin pergi.” Rita Mae Brown

Referensi

– Alisjahbana, S.T. (1974).Language Planning for Modernization: The Case of Indonesian and Malaysian. Mouton.

– BBC. (2021).Welsh Language Revival: Why More Young People Speak It.

– Bialystok, E. (2009).Bilingualism: The Good, the Bad, and the Indifferent. Bilingualism: Language and Cognition.

– Chaer, A. (2009).Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Rineka Cipta.

– Chomsky, N. (1965).Aspects of the Theory of Syntax. MIT Press.

– Crystal, D. (1997).The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge UP.

– Dardjowidjojo, S. (2010).Etnolinguistik & Ancaman Kepunahan Bahasa. Penerbit Universitas Indonesia.

– Ethnologue. (2023).Toda Language Report. SIL International.

– Harrison, K.D. (2007).When Languages Die: The Extinction of the World’s Languages. Oxford UP.

– Hutchins, J. (2005).Machine Translation: History and Development. Routledge.

– Kemdikbud. (2020).Peta Bahasa Daerah Terancam Punah di Indonesia. Pusat Bahasa.

– King, K. (2001).Language Revitalization Processes and Prospects. Multilingual Matters.

– New York Times. (2022).How Hawaii Brought Its Language Back From Near Death.

– Pinker, S. (1994).The Language Instinct. HarperCollins.

– Pusat Bahasa. (2016).Pengembangan Bahasa Isyarat Indonesia. Kemdikbud.

– Supalla, T., & McKee, C. (2002).The Role of Manually Coded English in Language Development of Deaf Children. Gallaudet UP.

– Suwito. (1985).Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Henary Offset.

– Thurlow, C. (2003).Generation Txt? The Sociolinguistics of Young People’s Text-Messaging. Discourse Analysis Online.

– UNESCO. (2018).Atlas of the Worlds Languages in Danger.

– Whorf, B.L. (1956).Language, Thought, and Reality. MIT Press.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://tv1.thmoviehdd.com/
  20. mulia77