Aroma Kenangan
Di sebuah kota kecil yg tenang bernama Granasari, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Ia tinggal di atas toko kecil milik almarhum ibunya yg dahulu terkenal sebagai satu-satunya toko parfum racikan di kota itu *Wangi Setia*. Sejak kepergian ibunya dua tahun lalu, toko itu terkunci rapat, menyisakan cuma debu & botol-botol kaca yg kosong serta beberapa yg masih berisi cairan warna-warni, sisa-sisa kejayaan masa lalu.
Raka bukanlah seorang peracik parfum. Ia bekerja sebagai penjaga toko elektronik di pusat kota & menganggap parfum hanyalah cairan harum yg menyenangkan tetapi tak punya makna lebih. Namun pada suatu hari, saat membereskan loteng rumah karena atapnya bocor, ia menemukan sebuah buku catatan tua bersampul cokelat dengan goresan tinta emas bertuliskan:
**Formula Kenangan oleh Amina**
Itu adalah tulisan tangan ibunya.
Dengan rasa penasaran, ia membuka buku itu. Di dalamnya terdapat puluhan resep parfum dengan nama-nama aneh & puitis: **Hujan Pertama di Desember**, **Bayangan Kekasih Lama**, **Langit yg Tidak Jadi Pergi**. Setiap formula dilengkapi catatan kecil, kadang berisi cerita pendek, kenangan, atau bahkan emosi yg terikat dengan aroma itu.
Salah satu halaman menciptakan Raka terdiam lama. Halaman itu berjudul **Aroma Ayah**, & di bawahnya tertulis:
> Aroma yg ia kenakan saat melangkah pergi untuk terakhir kalinya. Bergamot yg tajam, bercampur dengan tembakau lembut & sedikit vetiver. Ia tak kembali, tetapi wanginya tak pernah benar-benar hilang.
Raka menutup buku itu pelan. Ia hampir tidak mengingat ayahnya, cuma samar-samar wangi pakaian yg tertinggal di lemari, yg kini sudah hilang dimakan waktu.
Keesokan harinya, sesuatu yg tak biasa menggerakkan Raka. Ia membuka kembali toko ibunya, membersihkannya perlahan. Ia mulai membaca & mempelajari buku catatan itu, mencoba memahami formula, rasio, bahkan mencium satu per satu minyak esensial yg masih tersisa di rak lavender yg menenangkan, cendana yg hangat, jeruk keprok yg cerah.
Ia memulai dari parfum yg paling sederhana: **Pagi di Balkon**, campuran green tea, citrus, & white musk. Ia meneteskan bahan-bahan itu dalam botol kecil, mengocoknya perlahan, & menyemprotkannya ke selembar kertas. Aroma yg muncul begitu akrab seperti pagi-pagi di rumah itu, saat ibunya masih menciptakan teh & menyiram kembang mawar di halaman.
Hari demi hari, Raka belajar meracik ulang parfum-parfum ibunya. Setiap aroma membangkitkan kenangan: suara tawa, pelukan hangat, senyum malu-malu ibunya saat berbicara tentang sayang pertama, atau suara hujan membasahi genting saat listrik mati.
Yang paling sulit baginya adalah menciptakan ulang parfum berjudul **Aroma Ayah**. Ia mencoba tiga kali, lima kali, tujuh kali. Selalu ada yg kurang. Entah terlalu manis, terlalu pahit, atau terlalu asing.
Namun, pada percobaan ke-12, ia memutuskan menambahkan satu tetes ekstrak kulit kayu manis bahan yg tidak tercantum dalam formula, tetapi tiba-tiba terlintas dalam benaknya karena mengingat suara tawa ayahnya saat membacakan dongeng. Ia mencium hasil akhirnya & mendadak, sesuatu dalam dadanya bergemuruh. Itu dia. Itu aroma yg mengingatkannya pada bahu seseorang yg memeluknya hangat saat ia berusia lima tahun.
Air mata jatuh di pipinya. Ia menyadari bahwa parfum bukan cuma soal aroma. Ia adalah jembatan waktu, penghubung jiwa, & penyimpan kenangan paling jujur.
—
Beberapa bulan kemudian, Wangi Setia dibuka kembali kali ini oleh Raka. Tapi bukan sekadar menjual parfum. Ia menciptakan pengalaman baru: pelanggan datang & menceritakan kenangan yg paling harap mereka abadikan lalu Raka akan meracik aroma yg paling mendekati ingatan itu.
Ada seorang nenek yg harap mencium kembali aroma laut & parfum suaminya yg sudah tiada. Ada seorang gadis kecil yg harap mengingat ibunya yg sering mengenakan parfum mawar & vanila saat menjemputnya dari sekolah. Ada pula seorang pria muda yg harap menciptakan aroma untuk lamaran perkawinan yg tak terlupakan.
Bisnis itu tak pernah jadi besar, tetapi sering penuh. Karena setiap botol parfum yg keluar dari *Wangi Setia* bukan cuma botol biasa melainkan sepotong kenangan yg kembali hidup.
Dan setiap malam, ketika toko tutup & semua lampu dipadamkan, Raka naik ke loteng, membuka buku catatan ibunya, & menulis satu formula baru.
Hari ini judulnya:
**Pelukan Terakhir yg Membekas Selamanya.**
—