Aku masih disini, meski hampir tak kuat lagi
Aku masih disini, meski hampir tak kuat lagi Sebelum ini saja saya sudah kesulitan makan, & sekarang makin tak karuan rasanya. Nyeri, rih, & menciptakanku makin hilang selera makan. Padahal tubuhku butuh asupan, tetapi setiap suapan adalah perjuangan.
Setiap hari saya harus mengonsumsi 14 butir obat. Sekali minum, 11 butir langsung masuk ke tubuhku, & itu harus kulakukan tiga kali sehari. Mulutku terus-menerus terasa pahit, tubuhku makin lemah, & saya mulai Khlgan semangat untuk makan, bahkan untuk hidup. Aku lelah. Lelah luar biasa.
Pernah, saya mencoba untuk berhenti minum obat. Hanya harap tahu, bagaimana kalau saya menyerah saja. Tapi malam itu, tubuhku benar-benar tumbang. Aku dilarikan ke IGD. Selang-selang dipasang di tubuhku. Nafas ditopang alat. Aku cuma dapat menangis dalam diam. Tak ada orang tua yg menemaniku. Tak ada peluk hangat yg menyemangati. Hanya sunyi. Dan kesepian yg pekat.
Kadang saya bertanya dalam hati, "Tuhan, kenapa seolah Kau tak adil padaku?" Aku tahu saya tak boleh berpikir begitu, tetapi rasa sakit ini terlalu dalam. Aku menangis setiap malam, diam-diam, tanpa suara. Orang-orang mengenalku sebagai sosok ceria, penuh tawa. Mereka tak tahu, hatiku porak-poranda. Aku hancur, saya lelah.
Tapi di tengah semuanya, ada satu alasan yg menciptakanku masih bertahan: malaikat kecilku. Dialah satu-satunya cahaya yg tersisa di hidupku. Untuk dia, saya berusaha tetap berdiri, meski dengan tubuh yg hampir roboh. Aku masih di sini, meski setiap hari rasanya harap menyerah.