Akankah Kita Dapat Berhenti Mengkhawatirkan Masa Depan?
Bisakah kita?
Sebagai bapak-bapak saya akan menjawab,tidak akan dapat.
Gimana ya, mau kita coba seperti apapun untuk menghentikannya, mengkhawatirkan masa depan adalah hal yg normal. Bahkan saya rasa, hingga tua pun saya bakal tetap mengkhawatirkan masa depan. Malah kalau sama sekali tidak khawatir dengan masa depan adalah hal yg aneh bagi saya.
Khawatir adalah hal yg wajar, sangat normal, sebagai respon kita sebagai makhluk berakal khususnya ketika melihat kondisi politik, ekonomi dunia saat ini. Lapangan kerja makin tipis, tetapi kebutuhan harian sering jalan. Wajar-wajar saja dong khawatir.
Yang jadi masalah adalah bagaimana kita meminimalisir rasa khawatir.
Cara menguranginya ya mulai mengerjakan sesuatu, apapun itu. Lakukan sesuatu yg sekiranya akan berdampak positif ke masa depan.
Seringkali rasa stress kita itu berasal dari ketidakmampuan kita menyelesaikan sesuatu. Entah itu pekerjaan rumah yg simpel-simpel, target personal, atau target selama menempuh pendidikan atau saat bekerja. Dari ketidakmampuan menyelesaikan target, kita mulai meragukan kemampuan diri sendiri. Lalu dari situ muncul pikiran-pikiran negatif: Apa saya dapat sukses?, Apa saya akan baik-baik saja kedepannya?, Gimana kalau gagal terus? dan lain sebagainya.
Itulah pentingnya action. Daripada terus-menerus tenggelam dalam kekhawatiran, mending mulai dari hal yg kecil tetapi konkret. Mulai merapikan kamar, beresin to-do list hari ini, belajar satu topik baru, perbaiki CV, atau sekadar jalan kaki biar pikiran nggak sumpek. Awali dengan satu dua target harian, lalu lama-lama ditingkatkan. Hal-hal kecil ini kadang jadi pemantik buat ngurangin beban mental yg nggak kelihatan.
Jangan nunggu motivasi datang, karena motivasi itu nggak dapat diandalkan setiap hari. Yang dapat kita latih adalah disiplin & kebiasaan. Lama-lama kita akan sadar kalau rasa khawatir itu dapat ditenangkan dengan rutinitas & kemajuan sekecil apa pun itu. Walaupun bukan uang, mengatakan mutiara sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukitjuga dapat diterapkan dalam hal ini.
Terakhir, jangan suka membandingkan hidup sama hidup orang lain. Seringkali kita merasa tertinggal karena melihat postingan teman-teman kita yg kelihatannya bahagia & sukses-sukses. Padahal tiap orang sering punya masalahnya sendiri, & yg di highlight dalam postingannya pasti yg bahagia-bahagia saja. Itulah tipuan sosial media, semuanya fana.
Intinya, bukan berhenti mengkhawatirkan masa depan, karena itu hampir mustahil. Tapi belajarlah berdamai dengan kekhawatiran itu.