Loading Now

Membayangkan Indonesia tanpa Kiai

Membayangkan Indonesia tanpa Kiai

Bayangkan Indonesia tanpa kiai.

Tidak ada lagi penceramah kondang dengan sorban menjuntai & tangan gemetar menahan mic wireless dari mimbar ke mimbar. Tidak ada lagi tamu-tamu spesial di pesta demokrasi yg didatangkan spesifik untuk menaburkan barokah elektoral. Tidak ada lagi antrian panjang sowan, cium tangan, & ritual selfie dengan embel-embel spiritualitas berbasis Instagram.

Bayangkan, tiba-tiba semua kiai hilang, lenyap seperti sinyal WiFi di desa saat hujan. Apa yg akan terjadi? Siapa yg akan memimpin doa saat peresmian kantor cabang bank syariah yg sebenarnya juga bank konvensional dengan logo Arab?

Siapa yg akan mengaminkan proyek jalan tol supaya katanya barokah dunia akhirat, meskipun tanahnya hasil gusuran?

Siapa yg akan membacakan doa saat pelantikan pejabat, sambil dalam hati menghitung amplop honorarium spiritual?

Coba bayangkan.

Tidak ada lagi kiai yg dapat ditelepon mendadak jam dua pagi oleh bupati panik karena takut kalah pilkada. Tidak ada lagi ceramah rutin berisi tips masuk surga sambil diselipi product placement: minyak wangi kasturi ijazahan, air zamzam botolan, atau krim paras halal dengan label Mbah X sudah mendoakan.

Siapa nanti yg akan jadigatekeepermoral di desa?

Siapa yg akan ngasih sertifikasi halal-haram untuk hal-hal absurd seperti: bolehkah makan nasi uduk saat hari Rabu kliwon?

Siapa yg akan jadispiritual consultantuntuk segala urusan mulai dari nikahan anak tetangga hingga tender proyek APBD?

Apakah Indonesia langsung kualat nasional?

Apakah IHSG anjlok, rupiah nyungsep, & Presiden langsung bikin rapat darurat bareng menteri keuangan sambil bilang: Kita butuh stimulus fiscal & istighotsah nasional!

Atau justru sebaliknya?

Mari kita lakukan simulasi pikiran (thought experiment),ala-ala filsuf, tetapi pakai terompah.

Tanpa kiai, masyarakat mungkin akan mengalamipost-traumaticspiritual disorder.
Bukan karena kehilangan sumber ilmu agamakarena sejatinya, agama dapat dipelajari dari buku, video YouTube, atau malah dari ustaz yg lebih update di TikToktapi karena kehilangan figur simbolik yg selama ini jadi semacamsemi-deityalias setengah manusia setengah mitos.

Kiai itu di banyak tempat bukan cuma guru ngaji, tetapi jugadevicemultifungsi.
Mereka adalahspiritual advisor, conflict mediator, political broker,dan kadang-kadang jugapublic relationsuntuk pejabat yg baru pulang dari KPK.

Kalau semua kiai hilang, siapa yg akan ditelpon saat ada konflik warisan?

Siapa yg akan jadi wasit ketika dua keluarga rebutan pohon durian sambil saling kirim santet?

Siapa yg akan mengijazahkan wirid pelancar rezeki saat UMKM sepi pembeli karena kalah sama diskon Tokopedia?

Tapi di sisi lain, ini dapat jadi peluang.
Ketiadaan kiai akan memaksa masyarakat mengerjakanspiritual detoxification.
Tidak ada lagi dagang doa, tidak ada lagi air botolan dengan label sudah ditiupkan 1000 kali, tidak ada lagi branding spiritual untuk produk-produk absurd.

Bayangkan dunia tanpareligious endorsement.

Tidak ada lagi kopi sachet yg katanya dapat bikin rajin subuh karena sudah didoakan.

Tidak ada lagi parfum sunnah yg bikin jodoh lebih dekat karena ada ijazah kiai X.
Marketplace akan berubah drastis. Shopee & Tokopedia akan kehilangan segmen barang-barang mistis dengan label limited editionbarokah.

Dari sisi politik, ini juga akan mengubah ekosistem. Selama ini kiai adalah strategic asset bagi partai politik. Istighotsah akbar bukan lagi soal doa, tetapi soal konsolidasi suara. Santunan anak yatim bukan lagi soal kepedulian sosial, tetapi soalsoft campaignagar calon bupati dapat masuk surga eh, masuk suara.

Kalau kiai hilang, siapa yg akan jadi mediator politik?

Apakah kita akan melihat munculnyapolitical influencerbaru yg lebih up to date, semacam ustazlive streamingdengan backgroundgreen screenbergambar Kabah 4K?

Atau malah muncul aplikasi baru:
DoaOnDemand. Langganan doa bulanan, paket premium dapatrequestdoa tolak bala plus bonus bacaan shalawat, tinggal klik.
Kalau mau paket hemat, cukup Bismillah denganbacksound lo-fi.

Masalahnya, tanpa kiai siapa yg akan jadi verifikator spiritual?

Jangan-jangan nanti ada startup baru: Fatwa-as-a-Service. Bisarequestfatwa viachatbot, 24 jam nonstop, pakai AI yg sudah dilatih dengan kitab kuning versi PDF.

Dari sisi ekonomi, apakah ketiadaan kiai akan menciptakan rupiah anjlok? Tentu tidak.
Rupiah itu naik turun karena faktor eksternal:The Fed,konflik geopolitik, harga komoditas, bukan karena ada atau tidaknya doa pembuka rapat.
Kalau pun ada akibat ekonomi, itu sifatnya sektoral:

Industri tasbihluxuryakancollapse. Penjual jubah Arab KW kehilangan pasar. Travel umrah kelas VIP kehilangan klien rombongan yg biasanya pesan paket barokah khusus.

Tapi secara makro?

Ekonomi tetap berjalan. Bahkan dapat jadi lebih efisien karena masyarakat berhenti sibuk ikut pengajian yg isinya cuma motivasi sabar, nrimo, jangan tanya kenapa yg kaya tambah kaya.

Namun, yg paling signifikan adalah efek sosialnya.

Selama ini, banyak kiai juga berfungsi sebagai maintenance agent untuk feodalisme halus.

Santri jangan banyak tanya.

Kalau guru salah, tetap benar, karena beliau mursyid.

Ini adalahsocial control mechanismyang efektif tetapi kadang membunuh nalar.

Kalau semua itu hilang, masyarakat dapat mengalamiepistemological reboot. Belajar berpikir kritis tanpa takut dicap durhaka. Belajar membedakan antara agama & bisnis agama. Belajar memahami bahwa spiritualitas itu urusan personal, bukanfranchisewaralaba yg harus beli paket lengkap dengan air doa & stiker pengajian.

Tentu, kita akan kehilangan sesuatu.
Tidak semua kiai itu simbol feodalisme. Banyak juga yg tulus, rendah hati, & menjaga tradisi lokal dari arus radikalisme global. Tapi mari jujur: beberapa lainnya memang sudah jadi subkontraktor spiritual untuk kepentingan politis.

Jadi, kalau semua itu hilang, mungkin justru kita punya kesempatan untuk reset sosial.

Masyarakat dapat mulai belajar agama dengan lebih rasional, lebih mandiri, & lebih sadar bahwa Tuhan itu bukan pialang proyek, & surga itu bukan hadiah dari acara maulid dengan nasi kotak plus amplop.

Dan kalau pun akhirnya kita kualat, ya tidak apa-apa. Setidaknya kali ini kita kualat karena mencoba pakai akal, bukan karena terus-terusan manut tanpa tanya.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. slot ngacir
  26. lk21
  27. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/
  28. https://nokephub.com/