Loading Now

Geneologi Mairil & Nyempet dalam Dunia Pendidikan Kita

Geneologi Mairil & Nyempet dalam Dunia Pendidikan Kita

Video kampanye Wajib Belajar 9 Tahun yg dirilis pemerintah Indonesia pada 1994 merupakan artefak visual yg sarat dengan simbolisme ambigu. Dibuka dengan mentari yg tersenyum & ditutup dengan pelangi. Video ini menyuguhkan koreografi anak-anak bernyanyi, bermain, & bergerak dalam irama yg dikemas sebagai potret keberagaman & semangat nasionalisme pendidikan. Namun di balik parade warna-warni itu, tersembunyi sistem tanda yg lebih gelapsatu bentuk komunikasi simbolik yg tidak ditujukan kepada khalayak umum, melainkan kepada mereka yg sudah terlatih membaca kode.

Simbol mentari & pelangi, dalam narasi resmi, dapat dibaca sebagai lambang optimisme & keberagaman. Namun dalam sistem semiotika visual, tanda tidak pernah hadir secara polos. Matahari yg tersenyum di awal video bukan sekadar penanda waktu pagi atau metafora semangat baru. Ia juga dapat dibaca sebagai panopticon simbolikmata yg mengawasi, mengatur, & mengendalikan tubuh-tubuh anak yg sedang bergerak seragam di bawahnya. Pelangi yg muncul di penutup; hadir sebagai puncak visualisasi narasi. Dalam wacana global, pelangi sudah mengalami resignifikasi sejak 1970-an sebagai lambang komunitas LGBTQ+, & sekalipun belum populer secara eksplisit dalam wacana publik Indonesia tahun 1994, simbol itu sudah dapat dibaca sebagai bagian dari intertekstualitas global yg masuk melalui jalur desain grafis, buku anak, & estetika televisual.

Video Wajib Belajar 9 Tahun

Namun simbol-simbol tersebut hanyalah kulit luar dari kode yg lebih signifikanyakni satu adegan spesifik: tiga anak laki-laki bersarung tertawa-tawa sambil memasukkan tangan mereka ke dalam sarung, dengan gestur yg secara jelas mensimulasikan aktivitas seksual sembunyi-sembunyi. Dalam konteks pendidikan formal, adegan ini semestinya tidak lolos sensor, apalagi masuk dalam video kampanye nasional. Namun kenyataannya, ia justru diselipkan dengan framing yg nyaris netraldianggap lucu, anak-anak, tidak penting. Inilah bentuk kamuflase simbolik paling efektif: penyisipan pesan seksual di ruang publik melalui medium visual anak-anak.

Penting ditegaskan: adegan ini bukan hasil kebetulan. Dalam dunia produksi video, setiap frame melalui tahapan yg komplekspenulisan skenario, pengarahan aktor, pengambilan gambar berulang, & proses penyuntingan. Jika adegan tersebut tetap muncul dalam versi final, maka satu-satunya kesimpulan rasional adalah: ia memang disengaja. Dengan mengatakan lain, praktik seksual simbolik itu bukan residu dari represi, melainkan bagian dari konstruksi sistemik. Ia adalah kode dalam kodetanda yg cuma dibaca oleh komunitas yg tahu bahwa mereka sedang dipanggil.

Fenomena seperti mairil & nyempet, selama ini kerap dipahami sebagai bentuk penyimpangan seksual yg muncul karena represi hasrat di ruang-ruang seragam seperti pesantren atau sekolah berasrama. Namun pembacaan ini bersifat moralistik & mengabaikan satu kemungkinan penting: bahwa sistem pendidikan tertentu justru secara aktif memproduksi ruang-ruang ambigu untuk praktik-praktik seksual tersebut. Mairil bukan reaksi kepada represi, melainkan bagian dari sistem yg memberi ruang samar baginya untuk eksis. Nyempet bukan pembangkangan kepada kontrol, tetapi justru bagian dari ritus diam yg difasilitasi melalui struktur, jadwal, & ruang-ruang yg seolah kebetulan kosong.

Video Wajib Belajar 9 Tahun jadi bukti visual awal bagaimana agenda pendidikan nasional sudah disisipi simbol-simbol ambivalen sebagai bagian dari produksi imajinasi kolektif. Ia tidak cuma merepresentasikan pendidikan sebagai proyek penyamarataan, tetapi juga sebagai arena di mana kode-kode seksual tersembunyi disalurkan melalui bentuk visual yg tidak langsung. Sistem ini tidak menyebut mairil secara eksplisit, tetapi menciptakan semacam ekosistem simbolik di mana praktik semacam itu dapat dipahami, dikenali, bahkan dianggap wajar oleh beberapa penonton.

Dalam perspektif semiotika pasca-strukturalis, ini adalah bentuk komunikasi laten. Tanda bekerja bukan cuma melalui apa yg tampak, tetapi khususnya melalui apa yg disembunyikan & kepada siapa ia ditujukan. Video ini bekerja seperti palimpsest visual: lapisan ceria & normatif di permukaan, tetapi menyimpan teks bawah tanah yg cuma dapat dibaca oleh komunitas tertentumereka yg paham akan simbol, warna, & gestur.

Dengan demikian, mairil & nyempet bukanlah penyimpangan yg dikeluhkan pasca produksi. Mereka adalah bagian dari produksi itu sendiri. Sistem pendidikan, melalui video semacam ini, sudah menciptakan narasi ganda: yg satu untuk publik luas. Normatif, nasionalistik, & harmonis. Dan satu lagi untuk komunitas terbatas. Ambivalen, seksual, & simbolik. Jika kita tidak membacanya ulang secara kritis, maka kita cuma akan terjebak dalam lapisan perdana dari narasi yg disengaja.

Kini, tiga dekade setelah video itu dirilis, dunia pendidikan Indonesia masih dikepung oleh dualitas simbolik yg sama. Di permukaan, sistem terus mengampanyekan jargon-jargon moralitas, nilai karakter, & kurikulum berwawasan kebangsaan. Namun di bawah permukaan, praktik sosial laten seperti mairil & nyempet tetap tumbuh dalam ruang-ruang ambigu yg justru disediakan oleh sistem itu sendiri. Ini bukan sekadar kegagalan supervisi moral, melainkan kontradiksi struktural dalam logika pendidikan nasional yg cenderung melanggengkan kekaburan antara edukasi & hiburan, disiplin & kelonggaran, kontrol & pelepasan.

Produksi visual pendidikan yg tampaknya anak-anak justru jadi saluran terselubung bagi transmisi nilai-nilai yg problematis. Simbol pelangi, matahari, hingga adegan bersarung yg ambigu bukan sekadar ornamen artistik, melainkan tanda-tanda adanya arsitektur kekuasaan simbolik yg dirancang untuk merangkap fungsi: menyenangkan publik luas, sekaligus menyapa komunitas tertentu dengan kode yg cuma mereka pahami. Sistem ini tidak cuma memproduksi pelajar yg patuh, tetapi juga memproduksi habitus seksual laten yg diasuh diam-diam lewat budaya diam, simbol samar, & gestur yg dibiarkan ambigu.

Dalam logika Pierre Bourdieu, ini adalah bentuk symbolic violencekekerasan yg tidak disadari sebagai kekerasan, tetapi terus berlangsung melalui kebiasaan, kurikulum, & visualisasi. Pendidikan semestinya jadi ruang emansipasi tubuh & akal, bukan arena di mana tubuh dikendalikan oleh simbol, atau di mana seksualitas dibentuk melalui gestur-gestur terselubung yg kemudian dinormalisasi sebagai kenakalan wajar. Ketika pelangi dipakai tanpa refleksi kritis, & ketika adegan seksual simbolik lolos dalam kampanye nasional, maka kita sedang menyaksikan bukan saja krisis kurikulum, tetapi krisis penglihatansebuah kegagalan sistemik dalam membaca, mengedit, & merespons dunia simbol.

Maka diperlukan urgensi epistemik baru dalam membaca ulang seluruh warisan visual pendidikan di Indonesia. Video kampanye pendidikan bukan sekadar alat sosialisasi, tetapi juga dokumen budaya bawah tanah yg menyimpan potensi tafsir seksual, kekuasaan, & ideologi tersembunyi. Membaca ulang video Wajib Belajar 9 Tahun dengan perspektif semiotik & sosiologi visual bukanlah paranoid akademik, tetapi bagian dari perlawanan kepada infrastruktur simbolik yg sudah lama memfasilitasi kekerasan simbolik dalam pendidikan kita.

Kita harus mulai mempertanyakan: siapa yg merancang simbol? Siapa yg menyelipkan adegan? Siapa yg memutuskan bahwa anak-anak bersarung yg tertawa sambil nyempet di kamera adalah hal yg jenaka & pantas? Dan lebih penting lagi, siapa yg tidak bicara selama ini?

Jika pendidikan tetap dibiarkan berjalan dalam ruang simbol yg kabur, maka mairil & nyempet bukan cuma akan bertahan, tetapi akan diwariskanbukan lagi sebagai penyimpangan, tetapi sebagai subkultur diam yg dilegalkan oleh estetika resmi. Inilah ancaman sesungguhnya: ketika sistem tidak lagi sanggup membedakan antara pendidikan & simulasi, antara etika & performa, antara proteksi & pelecehan simbolik.

Menonton kembali video kampanye program Wajib Belajar 9 tahun bukan untuk nostalgia masa kanak-kanak semata, tetapi untuk mengerjakan dekonstruksi. Karena dalam dunia yg dibentuk oleh simbol, kebodohan bukanlah ketidaktahuan, tetapi ketidakmampuan membaca ulang apa yg selama ini sudah kita lihat, & kita biarkan.

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://www.billspennsyphotos.com/
  20. layarkaca21
  21. mulia77
  22. maxwin25
  23. slot25
  24. https://slot25.it.com/
  25. slot ngacir
  26. lk21
  27. http://conciliacion-metrowifi.etapa.net.ec/
  28. https://nokephub.com/