Lebih baik makan singkong betulan daripada makan roti “Ngimpi”
Ada rahasia di balik singkong yg menciptakannya jauh lebih baik daripada sekadar membayangkan roti bakar topping keju,Ngimpi!
Kita melihat kenyataan. Sebuah tangan yg kuat & berkerut memegang erat singkong betulan, yg ditarik dari tanah yg gersang. Akar & tanah yg menempel pada singkong menunjukkan betapa nyatanya ia, betapa kerasnya perjuangan untuk mendapatkannya, & betapa substansialnya ia. Ini adalah simbol dari kerja keras, realitas yg sederhana, & kepuasan yg didapat dari hal-hal yg nyata.
Kita juga melihat ilusi. Sebuah tangan lain, yg terangkat penuh kerinduan, mencoba menggapai “roti mimpi” yg melayang di atas awan. Roti ini tidak nyata; ia dihiasi dengan warna-warni yg memukau & tampak begitu manis, namun ia terbuat dari awan & ilusi. Roti itu tidak dapat digenggam, & terlihat seperti akan lenyap kapan saja. Ini adalah simbol dari janji-janji kosong, asa palsu, & kebahagiaan yg tidak pernah benar-benar dapat diraih.
Ini adalah pengingat visual yg kuat bahwa sering kali, apa yg terlihat sederhana & kasar (singkong betulan) jauh lebih berharga & dapat diandalkan daripada apa yg terlihat indah & mudah digapai (roti mimpi).
Hidup ini sering kali menempatkan kita di persimpangan jalan, di mana pilihan-pilihan menantang batin kita. Ada singkong betulan, yg kasar, keras, & sering kali tak menarik dipandang. Ia adalah cerminan dari kenyataan yg telanjang, yg mungkin tak menjanjikan kemewahan, namun ia nyata. Ia mengisi perut, memberi kekuatan, & menopang langkah-langkah kita di bumi yg keras ini.
Lalu, ada roti mimpi. Ia adalah ilusi yg memikat, selembut awan & semanis madu. Setiap gigitannya menjanjikan kebahagiaan yg tak bertepi, kekayaan yg tak terukur. Namun, ia hanyalah fatamorgana. Ia tak pernah benar-benar mengisi, cuma membius akal sehat. Ketika mimpi itu buyar, yg tersisa hanyalah kekosongan yg menggerogoti jiwa.
Lalu, ada roti mimpi. Ia adalah ilusi yg memikat, selembut awan & semanis madu. Setiap gigitannya menjanjikan kebahagiaan yg tak bertepi, kekayaan yg tak terukur. Namun, ia hanyalah fatamorgana. Ia tak pernah benar-benar mengisi, cuma membius akal sehat. Ketika mimpi itu buyar, yg tersisa hanyalah kekosongan yg menggerogoti jiwa.
Maka, lebih baik kita memilih singkong betulan. Meskipun rasanya hambar, ia adalah kebenaran yg tak terelakkan. Ia mengajari kita tentang ketahanan, tentang menghargai apa yg ada, & tentang menemukan kekuatan sejati dalam kesederhanaan. Biarkan orang lain mengejar roti mimpi yg tak pernah tergapai. Kita, dengan tangan yg kotor & perut yg kenyang oleh kenyataan, akan berdiri lebih teguh. Sebab, dalam kepahitan singkong betulan, ada manisnya arti kehidupan yg sesungguhnya.