Loading Now

[CERPEN] Pintu Langit Part 1: Kabut Pertanda

[CERPEN] Pintu Langit Part 1: Kabut Pertanda

Ilustrasi seorang remaja berdiri di depan gerbang Pintu Langit yg penuh kabut.
(Foto: Kaskus/Kenzie16465)

Quote:

Perjalanan yg Tak Kusukai

Liburan ke pegunungan? Serius, Bu?
Aku nyaris menjatuhkan ponselku waktu mendengar rencana absurd itu. Di antara semua tempat di dunia ini, kenapa harus ke Dieng?

Bukan apa-apa, saya ini anak kota. Lahir, besar, & nyaman dengan kafe, Wi-Fi kencang, & minimarket 24 jam. Pegunungan buatku cuma cocok buat gambar kalender atau screensaverlaptop.

Tapi tentu saja, pendapatku tak penting. Buktinya, dua hari kemudian kami sudah berada di dalam mobil, menempuh perjalanan panjang dari Semarang ke arah Wonosobo.

Ayah menyetir dengan semangat aneh, Ibu sibuk menyuapi adik perempuanku yg cerewet, sementara aku… yah, seperti biasa, jadi remaja 17 tahun paling sengsara di antara keluarga bahagia ini.

Ren, coba lihat ke luar. Pemandangannya cantik, lho! mengatakan Ibu sambil menunjuk ke deretan perbukitan yg mengintip di balik kabut.

Aku cuma menggumam, menyesap minuman kalengku, & kembali menatap layar ponsel. Tak ada sinyal. Tentu saja. Ini makin menyebalkan.

Kabut yg Mencurigakan

Kami tiba menjelang sore. Tujuan perdana kami: Pintu Langit Sky View, sebuah tempat wisata baru di kawasan Dieng yg sedang viral di TikTok.

Tapi saat mobil memasuki kawasan parkir, saya merasa ada sesuatu yang… ganjil.

Kabut turun dengan cepat, terlalu cepat. Padahal belum magrib. Angin berhembus pelan, tetapi terasa seperti bisikan.

Dan anehnya, saat saya turun dari mobil, ponselku bergetar sebentar lalu mati total. Bukan karena baterai. Layarnya tetap terang, tetapi tidak merespons apa pun.

Eh, HP-mu kenapa, Ren? tanya Ayah sambil membuka pintu bagasi.
Entahlah. Kayak… hang gitu. Tapi beda, jawabku sekenanya. Aku mencoba tak menunjukkan rasa tidak nyaman yg mulai menjalar.

Kami mulai naik ke arah gardu pandang. Jalannya menanjak, dipagari tanaman & bebatuan. Beberapa warung tampak kosong. Sepi. Hanya ada satu keluarga lain yg juga sedang mendaki pelan.

Namun di tengah perjalanan, saya merasa pandanganku kabur. Bukan karena mata lelahtapi seperti… ada sesuatu yg menyelubungi pandangan. Kabut makin tebal.

Suara adik & Ibu mulai terdengar sayup, seolah mereka berjalan menjauh, padahal saya persis di belakang mereka.

Dan laluaku melihatnya.

Sesosok di Balik Kabut

Di antara lebatnya kabut yg bergulung seperti asap dupa, ada seseorang berdiri. Sosok itu diam, mengenakan jubah putih keperakan. Tak tampak wajahnya, tertutup bayangan kerudung yg panjang.

Tapi yg paling aneh adalah: ia tidak menginjak tanah. Kakinya mengambang sekitar 10 cm dari permukaan.

Aku menahan napas.

Saat kupalingkan paras memanggil Ayah, sosok itu menghilang dalam sekejap. Kabut mendadak tersibak oleh angin, & keluargaku sudah di atas, menungguku di dekat gerbang kayu bertuliskan “Selamat Datang di Pintu Langit.”

Aku tertegun. Jantungku berdetak cepat.

Gerbang Dua Dunia

Lama amat, Ren. Kamu nggak enak badan? tanya Ibu sambil memegang dahiku.
Enggak. Aku… tadi kayak lihat orang, di kabut
Kabut? Ayah menatap sekeliling. Tadi enggak ada siapa-siapa. Kosong kok.

Aku tidak menjawab. Ada sesuatu dalam perasaanku yg berkata: tempat ini bukan sekadar objek wisata.

Kami berjalan menyusuri area puncak. Tempat ini luar biasa cantik. Di satu sisi, terlihat Telaga Warna & sawah berundak; di sisi lain, gunung-gunung berdiri megah seperti penjaga langit.

Tapi mataku terus terpaku pada sebuah bangunan kecil di sisi timur. Mirip candi batu mini, tetapi jauh lebih tua dari usia tempat wisata ini.

Dulu katanya tempat ini disebut Pintu Langit karena dipercaya sebagai gerbang roh, mengatakan seorang pemandu wisata yg lewat. Legenda lama dari orang-orang tua Dieng. Tapi ya sekarang, udah jadi tempat selfie, Mas.

Aku cuma mengangguk, tetapi otakku tak dapat lepas dari sosok tadi.

Malam itu, kami menginap di penginapan kecil tak jauh dari lokasi. Saat semua sudah tidur, saya terjaga.

Di luar jendela, kabut turun lagi. Dan dari sela-sela kaca yg sedikit terbuka, saya mendengar suara.

Lembut. Berbisik. Seperti suara anak-anak… atau angin?

“Kamu sudah dekat, Reno…”

Aku langsung berdiri & membuka jendela. Tapi cuma kabut. Gelap. Hening.

Dan tiba-tibaada tangan yg menyentuh bahuku dari belakang.

Warisan yg Tersembunyi

Reno… suara itu berat, tetapi lembut.
Aku menoleh cepat. Yang kulihat adalah kakek tua berjubah abu-abu, berdiri di dalam kamarku. Matanya menatap dalam, & wajahnya penuh garis usia.

Kau belum siap, katanya.
Siapasiapa kamu? Gimana dapat masuk ke sini? tanyaku panik.
Penerus tidak memilih takdir. Tapi takdir memilih penerus.
Dia mengangkat tangannya, & mendadak ruangan berubah.

Dinding kamar hilang, & saya seperti berdiri di antara awan. Kabut di sekeliling menyala lembut.

Ini… mimpi?

Tidak sepenuhnya. Ini adalah antaradunia sementara & dunia yg sejati.
Kakek itu menunjuk ke kejauhan.

Di balik kabut, terlihat sebuah gerbang batu yg sama seperti yg kulihat siang tadi. Tapi kali ini, terbuka. Di baliknya, tampak dunia lainlebih terang, lebih hidup, tetapi juga terasa berat & asing.

Pintu itu cuma terbuka saat pewaris berada di sini. Dan kamu, Reno… adalah anak dari garis penjaga terakhir.

Kembali ke Dunia

Aku terbangun dengan nafas memburu. Keringat membasahi leherku.
Jendela kamarku masih tertutup.

Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Tapi ponselku yg semalam matisekarang menyala. Dan di layarnya muncul sesuatu yg tidak pernah kulihat sebelumnya:

“Langit sudah memilih. Kembali ke tempat kau melihatnya perdana kali.”

Aku menatap layar itu lama. Kemudian, dari bawah bantal, saya menemukan sesuatuselembar kertas tua yg berbau kayu bakar & kabut. Kertas itu bergambar peta kabur dengan simbol gerbang.

Jantungku berdebar. Ini bukan cuma mimpi.

Aku tahu: liburan ini baru saja berubah jadi awal dari sesuatu yg besar.

Bersambung ke Part 2: Jejak Penjaga Langit

[CERPEN] Pintu Langit — Part 1: Kabut Pertanda
PART 2

Spoiler for Part 2:

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://tv1.thmoviehdd.com/
  20. mulia77