Pakis & Suplir, Duo Tanaman yg Selalu Tumbuh Subur di Tempat Lembab.
Sebagai seseorang yg lahir di pedesaan & tumbuh di lingkungan yg masih biasa mengpakai sumur, ada satu kesamaan yg sering saya temui. Yaitu tumbuhnya pakis & suplir di sekitaran sumur.
Walaupun tanaman tersebut banyak diperjual belikan & dianggap sebagai tanaman hias di kota, pakis & suplir seringkali dianggap sebagai tanaman yg mengganggu. Indah? Memang. Saya akhirnya dapat mengagumi keindahannya setelah merantau, & melihat segala sesuatu dari sudut pandang yg sama sekali berbeda.
Tapi bagi orang-orang di desa saya, kedua tipe tanaman ini tetap dianggap sebagai rumput, sehingga kalau mulai banyak tumbuh ya dibabati. Tapi kali ini saya tidak akan membahas tentang mengapa orang desa saya tetap tidak dapat melihat tanaman ini sebagai tanaman hias, melainkan fokus pada mengapa kedua tanaman ini sering dapat muncul tiba-tiba di tempat lembab.
Jawabannya ternyata berakar pada bagaimana cara hidup pakis & suplir yg unik, & betapa cocoknya mereka dengan kondisi lembab yg ada di sekitar sumur atau tempat-tempat teduh lainnya di pedesaan.
Pakis & suplir adalah tipe tumbuhan paku (Pteridophyta), yg berkembang biak mengpakai spora, bukan biji. Spora-spora ini sangat kecil, ringan, & dapat terbawa angin atau air ke berbagai tempat. Biasanya kita dapat melihat spora mereka dibalik daun tua, dengan warna coklat tua yg ketika disentuh terasa seperti serbuk kayu halus.
Nah, ketika spora ini mendarat di tempat yg lembab, misalnya dinding sumur yg sering basah atau di pinggiran sungai, mereka menemukan tempat ideal untuk tumbuh. Kelembaban adalah kunci utama bagi spora ini untuk berkecambah & berubah jadi tumbuhan kecil yg kemudian berkembang jadi pakis atau suplir dewasa.
Selain itu, pakis & suplir memang menyukai tempat yg tidak terlalu terang. Di kota, orang dengan sengaja menaruhnya di pojok ruangan atau taman yg rindang supaya dapat bertahan hidup. Tapi di desa, lingkungan alami sudah menyediakan semua yg mereka butuhkan: kelembaban, keteduhan, & tanah yg tidak terlalu padat. Bahkan dinding bata yg terus-menerus basah sudah cukup sebagai media bagi suplir untuk hidup.
Lucunya, saya pernah mencoba menumbuhkan spora suplir dengan melarutkan spora mereka dalam air & menyiramkannya ke media imitasi yg lembab. Setelah berbulan-bulan menunggu, alih-alih tumbuh di media yg saya sediakan, tanaman suplir baru justru muncul di bebatuan di bawah tanaman suplir saya yg asli. Benar-benar dikerjain oleh alam. Hahaha
Menariknya lagi, keberadaan mereka juga dapat jadi semacam indikator alami. Jika pakis atau suplir mulai tumbuh subur di suatu tempat, akbar kemungkinan area tersebut punya kelembaban tinggi & minim cahaya mentari langsung. Ini dapat jadi petunjuk tak langsung tentang karakteristik mikroklimat di daerah itu.
Bagi orang-orang yg sensitif kepada kelembaban atau memiliki daya tahan tubuh rendah akibat paparan jamur hitam (black mold), tumbuh suburnya suplir liar dapat jadi indikator awal adanya kelembaban berlebih di dalam rumah. Meskipun tidak dapat dijadikan indikator utama, karena tingkat kelembaban dalam rumah juga sangat dipengaruhi oleh sistem ventilasi & intensitas cahaya mentari yg masuk, setidaknya keberadaan suplir dapat menolong mengenali potensi masalah sejak dini.
Saya jadi berpikir, barangkali ini juga semacam pengingat bahwa sesuatu yg dianggap “liar” atau “mengganggu”dapat jadi punya sisi lain yg bermanfaat, kalau kita mau melihatnya dari sudut pandang yg berbeda.