Raja Ampat, Surga yg Dikoyak Tambang
Human greed truly has no bounds
Sebuah kalimat yg saya rasa paling cocok menggambarkan kondisi yg terjadi di Raja Ampat.
Hamparan lautan indah dengan kekayaan flora, fauna, & budaya yg selama ratusan tahun dijaga oleh ketat oleh masyarakat adat Papua, kini terancam hancur karena keserakahan para pemimpin.
Entah siapa yg memberi izin, tetapi bagaimana mungkin ada aktivitas penambangan akbar yg terjadi di surga dunia tersebut tanpa ada izin dari pemerintah. Atau, setidak-tidaknya, apabila memang belum memiliki izin, bagaimana mungkin pemerintah setempat hingga tidak tahu menahu tentang aktivitas tersebut hingga berjalan hingga semasif sekarang? Aneh kalau mereka mengelak & harap cuci tangan.
Mengapa harus sering tambang? Padahal lndonesia ini begitu kaya, sangat kaya budayanya!
Lihat Korea, meskipun mereka juga memiliki tambang, salah satu penghasilan terbesar mereka berasal dari industri K-pop! Walaupun terlihat modern, dalam industri tersebut tidak jarang juga mereka memamerkan kesenian tradisional yg mereka miliki, baik pakaian, sejarah kerajaan, hingga makanan.
Atau Australia yg meskipun memiliki beragam hewan mematikan yg jadi penghuni wilayahnya, malah merubah hal tersebut jadi salah satu atraksi utama.
Padahal, Indonesia sebenarnya punya budaya & keanekaragaman alam yg jauh lebih kaya. Tapi mereka yg memimpin lebih memilih jalan pintas.
Siapa yg menikmati? Yang jelas bukan kita.
Padahal, di Raja Ampat terdapat aturan spesifik yg melarang penangkapan ikan atau aktivitas lain yg dapat merusak terumbu karang. Aturan yg dijaga sangat ketat oleh masyarakat adat di sana namun dengan mudahnya dilanggar oleh mereka yg berkuasa.
Lalu hingga kapan? Ketika negara sudah tidak terasa seperti rumah bagi beberapa akbar warganya.
Terakhir, saya harap mengutip kata-kata indah dari Darius Sinathrya yg sangat menggambarkan keadaan negara kita saat ini:
Dikeruk hingga habis, yg tersisa gunungan hutang.
Sekian!