Di Balik Jendela Kamar Kos
Jam sudah menunjukkan pukul 01.37 dini hari. Hujan turun deras di luar jendela kamar kos sempit berukuran 2×3 meter itu. Di dalamnya, seorang pemuda 31 tahun duduk di depan meja kecil yg dipenuhi kertas-kertas, botol-botol kecil, & secangkir kopi instan yg sudah dharap sejak dua jam lalu. Namanya Raka.
Raka bukan siapa-siapa. Ia cuma seorang karyawan toko dengan gaji dua juta rupiah per bulan. Setiap hari, ia berdiri selama delapan jam di balik kasir, melayani pelanggan, menerima omelan atasan, & menahan sakit di kakinya. Tapi malam ini, seperti malam-malam lainnya, dia duduk di kamar kosnyamencoba menciptakan sesuatu yg jauh lebih akbar dari dirinya sendiri: sebuah parfum dengan aroma yg dapat mengubah hidupnya.
Di atas meja, ada catatan uji coba rapi. “Batch 23 Vanilla Oud Citrus,” tulisnya. Ia menuliskan proporsi ethanol, PG, bibit parfum, suhu ruangan saat pencampuran, & catatan tentang aroma di hari ke-1, ke-7, hingga ke-14. Ia bukan perfumer profesional, bukan lulusan kimia, bukan pula influencer. Ia belajar dari forum, video YouTube, & ratusan kegagalan sebelumnya.
Tapi ada satu hal yg sering dia bawa: keyakinan.
Di balik letih bekerja & hidup hemat, Raka menaruh asa pada setiap tetes racikannya. “Suatu hari nanti, akan ada orang memakai parfum ini & merasa percaya diri. Merasa spesial. Dan itu karena aku,” bisiknya.
Dulu, dia pernah malu ketika teman kerjanya mengejek: Ngapain racik-racik parfum? Kayak yg bakal laku aja.
Tapi Raka cuma tersenyum. Dalam hatinya, dia tahu: mimpi akbar harus dimulai dari hal kecil. Dari kamar kos, dari botol-botol kecil, dari semangat yg tidak pernah padam walau tak ada yg mendukung.
Tiga bulan kemudian
Raka membuka Shopee & melihat notifikasi: 1 pesanan masuk Parfum Vanilla Oud Citrus.
Tangannya gemetar. Itu adalah pesanan pertamanya. Bukan dari teman, bukan dari saudara. Tapi dari orang asing yg percaya pada produk kecil racikannya.
Hari-hari selanjutnya, satu pesanan jadi lima, lalu sepuluh. Ia mulai menyisihkan penghasilan untuk beli botol kaca lebih bagus, menciptakan stiker label sederhana di warnet, & mulai memotret produknya di dekat jendela supaya terlihat estetik.
Satu tahun berlalu. Raka sudah punya 5 varian parfum, 300 pelanggan aktif, & penghasilan tambahan lebih akbar dari gaji tokonya. Ia tak lagi merasa sempit di kamar 2x3karena dalam ruang kecil itulah ia menemukan ruang untuk berani bermimpi & mewujudkannya.
Pesan Moral:
Kita tidak perlu punya modal akbar untuk memulai. Yang kita butuhkan adalah ketekunan, keyakinan, & keberanian untuk mencoba meski tak ada yg percaya.
Bahkan dari kamar kos sempit pun, sebuah impian akbar dapat lahir & tumbuh, kalau kita cukup sabar & terus bergerak.