Lelaki Penjual Mimpi
Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, tinggal seorang lelaki tua yg diketahui sebagai “Penjual Mimpi.” Namanya Pak Raka. Tak ada yg tahu pasti siapa dia, dari mana asalnya, atau apa pekerjaannya dulu. Namun, setiap malam, anak-anak kecil dari lingkungan sekitar akan berkumpul di depan rumahnya yg berbau kayu tua & tanah basah, menunggu ia membuka jendela kecil di dinding rumahnya.
Di balik jendela itu, Pak Raka menjual sesuatu yg tidak biasa. Bukan permen, bukan mainan, bukan juga makananmelainkan mimpi. Ia akan menyapa satu per satu anak dengan suara serak namun lembut, lalu bertanya, Mimpi apa yg harap anda bawa malam ini?
Seorang anak menjawab, Saya harap mimpi naik ke bulan.
Pak Raka akan merogoh sebuah kantong kulit tua, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi serbuk berkilau. Ini mimpi bulan, katanya, taburkan di bawah bantal, & jangan lupa berdoa sebelum tidur.
Anak-anak akan pulang ke rumah masing-masing dengan hati berbunga, membawa botol mimpi seperti membawa harta karun. Dan anehnya, setiap dari mereka benar-benar bermimpi sesuai permintaan mereka malam itu.
Orang dewasa menganggap Pak Raka cuma sedang bermain imajinasi dengan anak-anak. Namun semakin lama, desas-desus mulai beredar. Seorang remaja bermimpi jadi penyanyi terkenal setelah meminta mimpi itu dari Pak Raka, & seminggu kemudian ia ditemukan oleh seorang produser jalanan. Seorang pemuda yg putus sekolah memimpikan jadi pengusaha, & tiba-tiba dapat ide bisnis dari mimpi yg dia alami.
Mimpi-mimpi itu seperti menuntun, mengubah nasib.
Suatu malam, seorang ibu muda mengetuk rumah Pak Raka, memohon supaya diberikan mimpi untuk anaknya yg sakit keras. Saya tak butuh keajaiban, cuma butuh harapan, katanya sambil menangis. Pak Raka menatap mata ibu itu lama, lalu memberinya sebuah botol berisi cairan bening.
Mimpi ini bukan untuk sembuh, tetapi untuk menciptakannya tersenyum. Kadang, itu lebih penting.
Beberapa hari kemudian, anak itu memang belum sembuh. Tapi ia tertawa & bercerita bahwa ia mimpi bermain di taman yg penuh kupu-kupu bersama ayahnya yg sudah tiada. Senyum itu menciptakan ibunya percayabahwa asa tidak sering berarti kesembuhan, kadang cukup rasa damai.
Namun suatu hari, Pak Raka tidak membuka jendelanya lagi. Anak-anak menunggu, para orang dewasa bertanya-tanya. Rumah itu tetap tertutup rapat, sepi. Sampai suatu malam, semua orang bermimpi hal yg sama: Pak Raka berdiri di sebuah jembatan cahaya, melambai & tersenyum.
Mimpi itu kini milik kalian, katanya. Jangan lupa berbagi.
Sejak hari itu, anak-anak mulai saling bercerita sebelum tidur, membagikan imajinasi mereka, menyalakan kembali warisan mimpi yg Pak Raka tanamkan. Dan di setiap malam yg sunyi, kalau anda diam-diam menaruh asa kecil di bawah bantal, mungkinhanya mungkinkau akan melihat sebutir cahaya dari jendela kecil rumah di ujung gang itu.