Loading Now

Langkah Terakhir di Ujung Jalan

Langkah Terakhir di Ujung Jalan

Di sebuah desa kecil yg sunyi, tinggal seorang lelaki tua bernama Pak Wirya. Ia diketahui sebagai orang yg jarang bicara namun ramah kepada siapa pun yg menyapanya. Setiap pagi, ia berjalan perlahan menyusuri jalan desa sambil membawa tas kulit usangnya, berhenti sejenak di taman kecil untuk memberi makan burung-burung yg biasa datang.

Tak ada yg tahu pasti apa yg disimpan dalam tas itu, namun anak-anak desa sering menciptakan tebakan. “Peta harta karun,” mengatakan salah satu. “Surat sayang dari masa lalu,” mengatakan yg lain. Tapi Pak Wirya cuma tersenyum setiap kali ditanya, seakan tas itu lebih berarti daripada sekadar benda tua.

Suatu hari, seorang anak laki-laki bernama Rian duduk di sebelah Pak Wirya di taman. Rian baru saja kehilangan ayahnya karena kecelakaan kerja. Ia tak menangis di rumah, namun menyimpan semua kesedihannya dalam diam. Pak Wirya, tanpa diminta, membuka percakapan.

“Kau tahu, setiap langkah yg kita ambil, membawa kita lebih dekat ke ujung jalan,” katanya pelan.

Rian memandangi paras Pak Wirya yg dipenuhi keriput, namun matanya masih bersinar.

“Apa maksud Kakek?” tanya Rian.

“Setiap orang punya jalan hidup sendiri. Tapi ketika seseorang yg kita sayangi sudah lebih dulu hingga di ujungnya, bukan berarti dia benar-benar hilang. Dia cuma sedang menunggumu, duduk di bangku taman lain yg belum dapat anda lihat.”

Hari-hari berlalu, & Rian mulai rutin duduk bersama Pak Wirya setiap pagi. Mereka bicara banyak hal: tentang burung-burung, tentang langit, tentang kehilangan, & tentang harapan. Hubungan mereka tumbuh seperti benih kecil yg dirawat dengan sabar.

Suatu pagi, Rian datang ke taman, tetapi Pak Wirya tidak ada di bangku biasa. Ia menunggu. Satu jam berlalu. Dua jam. Namun bangku itu tetap kosong.

Beberapa warga desa datang menghampiri Rian. Mereka memberitahu bahwa Pak Wirya sudah meninggal dunia malam sebelumnya di rumahnya, dalam tidurnya yg damai.

Rian menangis untuk perdana kalinya sejak ayahnya tiada.

Beberapa hari kemudian, keluarga Pak Wirya memberikan tas kulit tua itu kepada Rian. “Katanya, tas ini untukmu,” ujar mereka.

Dengan tangan gemetar, Rian membuka tas itu. Di dalamnya, ada banyak surat tua, ditulis tangan. Semuanya ditujukan kepada seseorang bernama Sari. Di surat terakhir, tertulis:

*”Jika kau membaca surat ini, berarti saya sudah berjalan hingga ujung jalan. Tapi saya percaya, akan ada seseorang yg meneruskan langkahku, meski dengan cara yg berbeda. Kepadanya, saya titipkan semua rasa, semua kenangan, & semua asa yg belum sempat kutuliskan. Aku tak harap hilang dari dunia ini tanpa memberi makna. Jika anda membaca ini, maka anda adalah makna itu.”*

Rian menggenggam surat itu erat. Ia tahu kini apa yg akan ia lakukan. Ia akan menulis. Ia akan mengisi sisa jalan yg ditinggalkan Pak Wirya, dengan cerita, dengan sayang, & dengan keberanian untuk merawat kenangan.

Tahun-tahun berlalu. Rian tumbuh jadi penulis cerita kehidupan. Di setiap buku pertamanya, ia sering menyelipkan satu kalimat:

*”Langkah terakhir di ujung jalan bukanlah akhir, tetapi awal dari kisah yg baru.”*

wgnewss.com adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta, yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum.

  1. https://paste.beba.st/
  2. https://shortlyfi.com/
  3. https://socialprooff.com/
  4. https://twitemedia.com/
  5. https://gametendangbola.com/
  6. https://kringtube.com/
  7. https://allgamerandom.com/
  8. https://qrgenerator1.com/
  9. https://multitoolspro.com/
  10. https://newstreetjob.com/
  11. https://bignewss.com/
  12. https://batam.co.id/
  13. https://wgnewss.com/
  14. https://kalilinux.info/
  15. https://wiblinks.com/
  16. https://magictoolsthemes.com/
  17. https://sunting.id/
  18. https://wagam.net/
  19. https://tv1.thmoviehdd.com/
  20. mulia77