Kotak Kayu di Loteng Tua
Hari itu langit tampak abu-abu. Hujan mengguyur sejak pagi, menciptakan udara dharap menyusup ke sela-sela dinding rumah peninggalan kakek. Raka baru dua hari tinggal di sana, setelah memutuskan meninggalkan hiruk-pikuk kota demi mencari ketenangan di desa kecil bernama Sentika. Rumah kayu tua itu kosong selama bertahun-tahun sejak kematian kakeknya, & Raka merasa ada yg memanggilnya kembali, entah apa.
Hari ketiga, ia memutuskan membersihkan loteng. Tangga kayu tua berderit pelan ketika ia naik. Bau debu & kayu lapuk menyambutnya. Di sana cuma ada barang-barang lama: koper berdebu, lukisan usang, & sebuah **kotak kayu kecil yg terkunci rapat**.
Kotak itu aneh. Berukirkan simbol seperti mentari dengan huruf-huruf tua yg tak dikenalnya. Raka merasa kotak itu menatapnya, seolah menyimpan sesuatu lebih dari sekadar isi.
Malamnya, ia mencari kunci. Dan anehnya, saat membuka laci lemari tua di ruang tamu, ia menemukan kunci kecil berbentuk persis seperti ukiran di kotak. Tanpa ragu, ia membuka kotak itu di bawah cahaya lampu meja.
Isinya cuma **sehelai surat & foto lama**.
Foto itu memperlihatkan seorang anak kecil berdiri di depan rumah yg sama. Di belakangnya berdiri seorang pria tua dengan paras sangat mirip Raka. Tapi yg menciptakan bulu kuduknya berdiri adalah: **anak kecil itu juga mirip dirinya. Terlalu mirip.**
Suratnya bertanggal tahun 1954. Ditulis oleh seseorang bernama Rakanda Wiratama.
> *Jika kau menemukan ini, berarti sejarah sudah terulang. Rumah ini bukan cuma tempat tinggal, tetapi penjaga waktu. Kau bukan cuma cucu dari seorang kakek biasa. Kau adalah kelanjutan dari lingkaran yg belum selesai. Kunci berikutnya ada di bawah papan lantai yg ketiga dari kanan di ruang makan. Beranilah membuka semuanya, atau kau akan hidup dalam siklus yg sama seperti aku.*
Raka merinding. Namanya adalah **Raka Wiratama**. Ia mulai curiga: apakah hidupnya bukan miliknya sendiri?
Hari berikutnya, ia mengangkat papan lantai sesuai petunjuk. Di sana ia menemukan **sebuah buku harian tua** yg mencatat peristiwa-peristiwa anehpengulangan hari, mimpi yg sering sama, orang-orang yg tak menua.
Malam itu, saat tertidur, ia bermimpi berdiri di stasiun tua, disambut kereta yg tak punya penumpang. Dari dalam kereta, seorang pria tua melambaikan tangan padanya.
Saat bangun, Raka mendapati jam tangannya **berhenti di pukul 02.17**waktu yg sama seperti dalam mimpinya.
Dan hari-hari berikutnya, segalanya mulai berulang: hujan yg turun pada jam yg sama, burung yg sering terbang ke arah barat, & suara derit tangga yg terdengar meski tak ada siapa-siapa di loteng.
Raka sadar: **dia sudah membuka sesuatu yg semestinya tetap terkunci.**
—
