Rembulan di Atas Hutan Kala

Hutan Kala, begitu masyarakat desa menyebutnya, adalah tempat yg dikeramatkan sejak ratusan tahun lalu. Konon, hutan itu menyimpan rahasia tua yg tidak boleh dibuka. Banyak cerita tentang orang yg masuk & tak pernah kembali. Tapi cerita yg paling terkenal adalah tentang Penjaga Rembulan makhluk bermata perak yg muncul cuma saat bulan purnama tergantung tepat di atas kanopi pohon tertua di tengah hutan.

Orang-orang takut. Tapi tidak dengan Laras.

Laras, gadis berusia 17 tahun, adalah satu-satunya anak yg tidak percaya takhayul. Ia tumbuh bersama kakeknya yg juga dulu seorang penjelajah. Ibunya meninggal saat ia masih kecil, & ayahnya tak diketahui keberadaannya. Yang ia punya cuma buku-buku tua tentang mitologi, peta-peta kuno, & jurnal perjalanan kakek yg beberapa akbar tidak selesai ditulis.

Satu malam, ketika Laras membaca jurnal kakeknya, ia menemukan halaman yg setengah robek bertuliskan:

> Gerbang cahaya akan terbuka saat rembulan menggantung di atas Kala. Di sana, waktu tidak mengalir seperti biasa

Di bawahnya tergambar simbol aneh: lingkaran dengan tiga garis melingkar seperti angin topan.

Rasa penasaran itu tumbuh jadi obsesi. Laras memutuskan untuk masuk ke Hutan Kala saat purnama berikutnya, melawan larangan warga & peringatan kakeknya.

—

Purnama menggantung seperti mata akbar di langit ketika Laras menyelinap keluar membawa kompas, buku catatan, & senter. Jalan setapak menuju hutan sunyi, tetapi angin malam seolah berbisik di antara daun-daun tinggi.

Setelah dua jam berjalan masuk, Laras hingga di sebuah pohon tua menjulang yg ukurannya luar biasa. Dedaunannya seperti jaring lebat yg memisahkan dunia bawah & atas. Dan di sanalah cahaya bulan menyelinap masuk, membentuk lingkaran sempurna di tanah.

Begitu Laras menginjakkan kaki ke dalam lingkaran itu, bumi bergetar ringan. Udara berubah jadi lebih tebal, dharap, & diam.

Dari balik bayangan pohon, sesosok makhluk muncul. Tingginya dua meter, berkulit hitam kebiruan, matanya menyala perak. Tapi wajahnya tidak menyeramkan justru seperti paras manusia dengan kesedihan abadi.

Aku menunggumu, Laras, ucap makhluk itu.

Siapa kamu? tanya Laras tergagap.

Aku penjaga antara dunia. Ayahmu dulu melanggar batas & terjebak di sini. Kini waktunya kau menebusnya.

Dunia berputar. Laras merasa pingsan, tetapi tidak jatuh. Matanya terbuka di tempat lain dunia paralel, di mana waktu diam & hutan menyala biru. Di sana, berdirilah seorang lelaki berpakaian lusuh ayahnya.

Ayah? bisiknya.

Lelaki itu menoleh. Air matanya jatuh. Kamu seperti ibumu

Ternyata ayah Laras dulu juga penasaran & masuk ke Hutan Kala, tetapi tersesat di dimensi yg berbeda. Ia tak dapat keluar tanpa bantuan darah keturunannya. Itulah kenapa Penjaga Rembulan memanggil Laras cuma dia yg dapat membuka jalan keluar.

Tapi ada satu syarat: cuma satu yg boleh keluar. Jika Laras membawa ayahnya, maka ia akan terjebak di dalam dimensi itu selamanya.

Ayah Laras menolak. Pulanglah. Hidupmu masih panjang.

Namun Laras memeluk ayahnya, menatap sang Penjaga, & berkata, Ambil ingatanku, tetapi biarkan dia pulang.

Penjaga itu menyentuh dahinya. Dunia berputar kembali. Laras terbangun di pinggir Hutan Kala, dengan cahaya pagi menerpa wajahnya. Di sampingnya, duduk seorang lelaki asing ayahnya yg menatapnya dengan mata merah penuh haru.

Tapi Laras cuma tersenyum, lalu bertanya pelan, Siapa kamu, Pak?

Ia tak ingat. Tapi hatinya tenang.

Di langit, rembulan masih terlihat samar, seolah mengucapkan selamat tinggal.

—