9 Mendatar: Sejarah Teka-Teki Silang di Eropa
Permainan kataatau lebih tepatnya crossword (Teka-teki silang) & segala kerabatnyatelah lama jadi salah satu bentuk hiburan linguistik paling khas di Eropa. Namun, ia bukan sekadar hiburan. Ia adalah wacana, politik, bahkan dalam derajat tertentu, adalah epidemi intelektual. Jika perjudian dapat merusak dompet, permainan mengatakan justru merusak imajinasi kolektif dengan cara yg lebih halus: ia menyusun dunia ke dalam kotak-kotak, mengajarkan bahwa jawaban tunggal pasti tersembunyi di suatu tempat, cuma menunggu untuk ditemukan oleh mereka yg cukup pintar.
Kelahirannya memang di Amerika, tepatnya pada tahun 1913 di koranNew York Worldmelalui tangan Arthur Wynne. Namun, benua Eropa segera jatuh hati pada teka-teki silang ini. London pada 1920-an jadi ladang subur, & dari sana, ia beranak-pinak: di Prancis melahirkanmots croissyang berlagak anggun; di Jerman berevolusi menjadiSchwedenrtselyang lebih demokratis; di Italia munculLa Settimana Enigmistica, sebuah majalah yg menjadikan teka-teki sebagai ikon nasional.
Namun, sebagaimana wabah yg berpindah dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain,crosswordmenimbulkan keresahan. Editorial surat kabar Inggris pada 1920-an menulis dengan nada panik: pegawai kantor lupa bekerja, ibu rumah tangga melupakan masakan, bahkan jemaat gereja menyembunyikan lembar teka-teki di balik Alkitab. Sungguh, dosa baru umat modern sudah ditemukan: kecanduan kotak-kotak hitam & putih.
Eropa dengan dua lusin bahasa adalah laboratorium kegagalan bagi permainan kata. Permainan linguistik bergantung pada keajaiban homonim, anagram, atau idiom. Namun, begitu dipindahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, ia runtuh.
Cryptic crossworddi Inggris, misalnya, adalah puncak kebengalan linguistik. Petunjuknya berbunyi seperti bisikan orang mabuk: Sailor embraces endless love in French city (7). Jawabannya?Toulouse. Mengapa? Karena cuma Tuhan, penyusun puzzle, & sedikit kaum borjuis universitas Oxbridge yg tahu. Permainan ini tidak pernah benar-benar dapat diterjemahkan. Orang Jerman memilih gaya Swedia yg lebih sederhana: petunjuk langsung ditulis dalam kotak. Tidak ada drama dekonstruksi Derridean, cuma kosakata apa adanya. Demokrasi linguistik, katanya.
Namun, di balik ragam itu, tersimpan hierarki.Crosswordversi Inggris adalah permainan aristokrasi intelektual, sementara versi Jerman diklaim milik rakyat jelata. Tentu saja, klaim itu hanyalah permainan mengatakan lain. Pada kenyataannya, baik rakyat maupun bangsawan sama-sama terjebak dalam jebakan kultural: mencari jawaban yg sudah ada, seolah-olah dunia ini hanyalah persoalan isi kotak kosong.
Pada Perang Dunia II,crosswordbahkan menimbulkan paranoia tingkat tinggi. MI5 sempat panik karena beberapa mengatakan sandi operasi militersepertiOverlordmenjelang pencaplokan Normandiamuncul sebagai jawaban dalam teka-teki silang surat kabar Inggris. Sang penyusun puzzle diperiksa, seakan-akan permainan mengatakan dapat menjebol kerahasiaan negara. Bayangkan, perang global yg ditentukan oleh seorang bapak tua dengan pensil tumpul di ruang tamunya.
Selain paranoia, ada pula kritik elitisme. Di Inggris,cryptic crossworddianggap eksklusif, cuma dapat diselesaikan oleh mereka yg dididik dalam dunia klasik, hafal mitologi Yunani, mahir bahasa Latin, & loyal mengikuti slang London. Rakyat biasa cuma dapat menggeleng: dunia yg dijanjikan terbuka untuk semua ternyata disegel oleh modal budaya. Pierre Bourdieu pasti akan tersenyum sinis melihat bagaimana modal simbolik diubah jadi sekadar kertas koran mingguan.
Yang menarik, permainan mengatakan di Eropa sering diperlakukan bukan sekadar hiburan, melainkan bukti diri nasional. Orang Prancis menganggapmots croisssebagai bentuk kecanggihan literer, layaknya anggur merah atau sastra klasik. Orang Jerman denganSchwedenrtselmerasa lebih egaliter, seakan puzzle itu mencerminkan semangat demokrasi sosial mereka. Italia menjadikanLa Settimana Enigmisticabacaan keluarga lintas generasisama seperti pasta, sering ada di meja setiap minggu.
Di sinilah permainan mengatakan menyeberang dari ruang hiburan ke ruang politik budaya. Ia bukan lagi sekadar soal mencari kata, melainkan soal mencari diri.
Memasuki zaman ke-21,crosswordmengalami transisi. Majalah cetak mulai meredup, digantikan aplikasiWordfeud,Wordscapes, & teka-teki daringThe GuardianmaupunNewYork Times. Eropa pun terpecah: ada yg menganggap ini sebagai kematian tradisi, ada yg melihatnya sebagai kelahiran kembali.
Namun masalahnya tetap sama: bahasa. Bagaimana menciptakan teka-teki silang yg dapat melintasi dua lusin bahasa resmi Uni Eropa? Jawaban paling jujur: tidak dapat. Upaya menjadikannya alat pembelajaran lintas budaya sering kandas karena idiom tidak pernah netral. Satu lelucon dalam bahasa Prancis dapat jadi penghinaan dalam bahasa Belanda, atau sekadar omong kosong dalam bahasa Finlandia. Permainan kata, sekali lagi, menunjukkan paras kejamnya: ia adalah alat eksklusi, bukan inklusi.
Dari sudut pandang teoretis, permainan mengatakan Eropa dapat dibaca sebagai politik simbolik. Michel Foucault barangkali akan menyebutnya sebagaidispositif linguistik: sebuah prosedur yg mendisiplinkan pikiran ke dalam logika formal, memaksa orang percaya bahwa sering ada jawaban tunggal. Jacques Derrida, sebaliknya, akan menertawakan kesombongan itukarena setiap petunjuk adalah permainandiffrance, makna yg menunda diri tanpa akhir.
Dan mungkin yg paling sinis adalah Bourdieu:crosswordhanyalah cara kelas berpendidikan mempertahankan keunggulan mereka, sembari menertawakan rakyat yg gagal mengisi kotak nomor 14 mendatar.
Maka, permainan mengatakan di Eropa bukan sekadar hiburan iseng. Ia adalah cermin masyarakat, politik bahasa, bahkan paranoia perang. Ia menampilkan paras modernitas yg sibuk mencari jawaban pasti, padahal dunia nyata jarang sekali menyediakan kepastian semacam itu.
Ironisnya, kita mungkin menganggap persoalan ini jauh, sekadar masalah orang Eropa dengan obsesi linguistik mereka. Namun, permainan mengatakan tidak pernah benar-benar mengenal batas geografis. Ia dapat saja hadir di tengah-tengah kita: di ruang dialog yg penuh kode, di jargon birokrasi yg sulit dipahami, di simbol-simbol yg cuma dimengerti oleh segelintir orang.
Dengan mengatakan lain, permainan mengatakan Eropa mungkin saja sudah merasuk ke dalam kehidupan kita sehari-haritanpa kita sadari, kita semua sedang mengisi teka-teki silang yg lebih besar: dunia.